"Bu, ini rumputnya langsung dikasih?" tanya Amir dengan wajah yang penuh peluh sembari memikul sekarung rumput yang telah dicacah.
"Yang baru itu di simpan dulu, Mir, besok baru dikasih. Bawa ke sini, biar ibu tunjukin." Nina menuntun Amir ke tempat di mana rumput yang baru dipanen akan di simpan dan menunjukan rumput mana yang sudah bisa diberikan untuk ternaknya.
Setelah dijelaskan, Amir dengan segera melaksanakan tugasnya. Memberi makan beberapa ekor ternak milik Nina dan suaminya.
Amir baru saja bekerja hari ini, suami Nina memutuskan untuk menambah orang membantu mereka memberi makan ternak dengan sistem gaji perminggu.
Sebenarnya ada satu pekerja lagi yang bertugas untuk memanen rumput, sebelumnya tugasnya juga sekalian mencacah. Sedangkan suami Nina bagian memberi makan, namun karena sudah merasa kewalahan suami Nina memutuskan untuk menambah pekerja lagi.
Sehingga kedua pekerjanya memikul tugas masing-masing yaitu memanen dan memberi makan, sedangkan suaminya bagian mencacah. Tidak begitu makan tenaga, karena mencacah sudah menggunakan mesin.
"Terima kasih, ya Rabb." Nina bergumam pelan sembari tersenyum melihat Amir -anak muda desa yang begitu bersemangat bekerja.
Terpintas sekilas masa-masa saat Nina dan suaminya baru saja merintis bisnis ternak ini, jatuh bangun bersama dan bermimpi bisa membuka lapangan pekerjaan.
Seketika pikiran Nina melayang mengingat masa lalu saat ia diremehkan oleh teman-teman terdekatnya semasa sekolah dulu.
"Kulit kamu kok agak gelapan gitu ya, Nin," celetuk Laras -salah satu teman Nina.