Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Pencitraan dan Politik Otentik, Strategi?

15 Oktober 2018   17:04 Diperbarui: 15 Oktober 2018   17:07 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik Pencitraan dan Politik Otentik, Strategi?

Kalau kalian pribadi, lebih suka dengan seseorang yang terlihat apa adanya atau yang agak-agak jaim gitu? Ini pertanyaan bukan untuk menilai gebetan loh ya, tapi secara umum. Sebetulnya pertanyaan ini sih berhubungan dengan yang beredar beberapa hari ini, politik pencitraan ala Jokowi dengan politik otentik ala Prabowo.

Hmmm, menarik sepertinya tentang kedua jargon ini.

Dalam acara Mata Najwa beberapa hari lalu yang dihadiri dengan tim pemenangan  kampanye kedua kubu capres yakni Budiman Sudjatmiko versus Dahnil Anzar Simanjuntak, mereka berbicara soal "politik pencitraan" ala Jokowi versus "politik otentik" ala Prabowo, nampaknya berbuntut semakin seru. 

Ada yang menyukai gaya Jokowi yang sedemikian rupa, ada juga yang menyukai Prabowo yang dianggap sosok yang apa adanya tanpa dibuat-buat. Namun, tidak sedikit juga warganet menyebut Jokowi adalah sosok yang penuh dengan pencitraan, atau Prabowo yang diam-diam memiliki strategi jitu ala Donald Trump.

Menurut eyke, politik otentik sendiri merupakan dari politik pencitraan, jadi kedua sebutan itu sama saja dan bagian dari strategi yang lahir dari upaya propaganda politik. Kalau menurut kalian bagaimana?

Dari kubu Prabowo mengatakan bahwa pencitraan itu buruk sehingga menyebutkan Prabowo sebagai calon pemimpin yang otentik tanpa kepura-puraan. Tidak terima, kubu petahana membela diri dengan mengatakan pencitraan dan pembangunan image adalah role model rakyat, jika seorang pemimpin tidak bisa menjadi role model rakyat maka urungkan niat menjadi seorang pemimpin. Duh ilah.

Nampaknya, kedua kubu punya PR untuk membranding jagoannya, seperti Budiman yang menganalogikan Jokowi itu berasal dari rakyat yakni dari keluarga biasa dan tidak terkait dengan sejarah politik dan kekuasaan di Indonesia. Sementara Prabowo digambarkan sebagai sosok yang lahir dari sebuah menara tinggi dan masih terikat dengan dinasti politik era sebelumnya. 

Gak kalah, Dahnil membangun narasi dengan menyebut Prabowo merupakan pemimpin yang jujur dan memiliki karakter asli tanpa kepura-puraan. Lain dengan Jokowi yang dianggap lahir dari kepura-puraan dan terlalu banyak kepentingan. 

Bener kan, makin seru.

Pertarungan citra dalam politik Indonesia, siapakah yang akan berhasil menyentuh para pemilih? Apalagi saat ini pemilih milenial sangat diperhitungkan suaranya, berbagai macam strategi tentu dicanangkan oleh masing-masing kubu. Selengkapnya dalam tulisan indepth berjudul "Politik Otentik, Pencitraan Prabowo?" di Pinterpolitik.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun