Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peluang PDIP Khianati Jokowi

13 Juni 2018   14:15 Diperbarui: 13 Juni 2018   14:21 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gini lho, kalo elektabilitas Jokowi masih di bawah 50%, mereka masih hati". Cari cawapres yg punya basis massa Islam. Bukan SARA. Realitas politik. Tapi kalo udah 60% mah PDIP pasti maksain Puan atau BG. Pertanyaan gue, loe mau ngga?--- Pelan-pelan, Ardi! (@awemany) April 23, 2018

Hal ini bertambah rumit dengan geliat partai besar lain -- Demokrat -- yang juga mulai merapat ke kubu Jokowi. Bahkan Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun pernah"keceplosan" di awal April lalu saat menyebut partai pimpinan SBY itu telah resmi mendukung Jokowi untuk Pilpres 2019.

Situasi ini secara politik jelas menguntungkan Jokowi. Perlu diketahui bahwa hubungan Jokowi dengan PDIP tidaklah semulus yang dibayangkan oleh sebagain besar masyarakat.

Situasi yang panas-dingin nyatanya terus terjadi antara Jokowi dengan PDIP bahkan sejak kampanye Pilpres 2014 lalu, katakanlah dalam isu pertengkaran Jokowi dengan Puan, kasus BG sebagai calon Kapolri, kasus Menteri BUMN yang kerap dikritik PDIP, hingga istilah "petugas partai" yang membelenggu Jokowi.

Jika Demokrat pasti masuk ke kubu Jokowi, hal ini jelas memudahkan sang petahan itu untuk menghitung ulang posisi politiknya di hadapan Megawati dan PDIP. Oleh karena itu, pertemuan Puan dan Prabowo dengan wacana koalisi yang ada di sekitarnya, jelas menunjukkan bahwa partai banteng itu sedang menghitung alternatif pilihan politik lain yang lebih menguntungkan -- katakanlah jika Jokowi akhirnya mbalelo serta kepentingan PDIP lewat BG dan yang lainnya tidak terpenuhi.

Jumlah kursi PDIP (18,95 persen) dan Gerindra (11,81 persen) di DPR sudah lebih dari cukup untuk mengusung capres-cawapres sendiri. Bahkan keduanya berpeluang memenangkan persaingan dengan Jokowi jika mampu mengelola isu politik dengan baik.

Baca juga :  Puan Dibalap Rizieq

Hitung-hitungan politik semacam ini memang akan dianggap naif oleh sebagian pihak, namun hal ini sangat mungkin terjadi. Meminjam kata-kata filsuf Thomas Hobes: "Homo homini lupus" -- manusia adalah serigala bagi manusia lain -- hubungan Gerindra dan PDIP sangat mungkin menjadi sekutu politik.  Sebaliknya, pilihan politik ini artinya akan ada "pengkhianatan" terhadap Jokowi. Jika situasi inilah yang akan terjadi, maka Pilpres 2019 menjadi sangat menarik untuk diamati hasilnya.

Di lain pihak, situasi ini akan sangat mungkin juga dibaca sebagai manuver PDIP membendung Prabowo dan mengharapkan kemenangan Jokowi sebagai calon tunggal. Namun, asumsi tersebut punya probabilitas kebenaran yang jauh lebih kecil, apalagi jika dilihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan oleh para petinggi Gerindra. Gerindra menaruh harapan yang cukup besar untuk mengulang Pilpres 2009 bersama PDIP, dan dalam politik semua hal mungkin terjadi.

The Power of Elites dan Kejeniusan Jokowi

Jika PDIP benar-benar membelokkan dukungan politiknya, maka hal ini jelas menujukkan kekuatan sesungguhnya dari elit politik -- dalam hal ini Megawati Soekarnoputri.

Dalam teori elit, situasi politik sangat ditentukan oleh segelintir elit yang berkuasa secara ekonomi-politik dan punya kekuasaan untuk mengambil kebijakan besar. Pemikir klasik teori ini, misalnya Vilfredo Pareto, hingga tokoh kontemporer macam Thomas Ferguson, memandang posisi elit punya kemampuan untuk membelokkan kebijakan politik tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun