Semarang (05/08/21) – Jumlah pasien yang terinfeksi virus COVID-19 kian hari terus bertambah, sampai hari ini tercatat sebanyak 3,37 juta kasus di Indonesia dimana dalam setiap harinya mencapai 56,757 kasus. Berbagai macam kebijakan pun diberlakukan oleh pemerintah salah satunya protokol isolasi mandiri dengan tujuan untuk mengurangi penularan COVID-19. Pasalnya, virus COVID-19 mudah sekali menyebar dan dapat menyebabkan gejala yang berat dan berakibat fatal. Isolasi mandiri sebenarnya ditujukan untuk orang yang positif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan antigen atau PCR, tapi tidak menunjukkan gejala, atau bergejala ringan.Â
Gejala ringan yang dimaksud seperti demam, flu, batuk, sakit tenggorokan, namun saturasi oksigen normal di angka 95 persen, dan tidak mengalami sesak napas. Namun pada beberapa kondisi, pasien Covid-19 tanpa gejala ini bisa jadi bergejala, sementara yang bergejala ringan menjadi bergejala berat. Orang yang isolasi mandiri bisa jadi kurang mendapatkan nutrisi, atau punya komorbid yang tidak terkendali sehingga kondisinya mengalami perburukan.
Berdasarkan hasil survei didapatkan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh warga yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat terkait tatalaksana isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 dan keluarga. Sehingga dari permasalahan tersebut mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro tahun 2020/2021 memberikan edukasi terkait tatalaksana isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 dan keluarga pada warga RW 02 Kelurahan Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, Semarang. Program kerja ini dilaksanakan secara online dengan membagikan leaflet dan poster yang berisi informasi penting terkait tatalaksana isolasi mandiri.