Mohon tunggu...
Pinggala Mahardika
Pinggala Mahardika Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Gitu aja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tur Kecil-kecilan

1 April 2019   18:23 Diperbarui: 1 April 2019   18:54 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bukan, bukan itu. Kalo masalah duit aku masih ada yah. Sebenernya bukan masalah duit, tapi takut ngomongnya."

"Emangnya mau ngomong apa? Kok bertele-tele sih?"

"Engga yah. Cuma mau bilang abang besok ke Pkp mau bawa motor."

"Ooh, mau minta ijin ya? Boleh kok kalo naek motor. Ayah ngga ngelarang. Kalo mau tuh pake motor supra. Mesinnya kan ngga ada masalah, bensinnya irit lagi."

"Iya sih yah, tapi masa jalan jauh pake motor butut kaya gitu. Ngga kenceng lah, bisa ketinggalan nanti. Kalo boleh, abang mau pake motor CB yah. Soalnya kan motor itu enak kalo dibawa touring, ngga bakalan capek naekinnya. Ayah juga kan sering bawa motor itu kemana-mana. Masak abang ngga boleh bawa motor itu?"

"Hmmm... Gimana yah, ayah pikir-pikir dulu deh."

Setelah itu, ia langsung bergegas menuju kamar meninggalkan aku sendirian di ruang tivi. Tapi, jika mendengar apa yang ayah ucapkan tadi, dapat aku simpulkan bahwa ada kemungkinan bagi ayah untuk mengizinkan aku untuk memakai motor kesyangannya. Namun, itu cuma perkiraan ku saja. Mungkin ayah sudah lelah sehingga ia enggan untuk berbicara panjang lebar mengeluarkan omelannya karena itu akan membuat jam tidurnya berkurang. 

Dan kini, aku pasrah. Aku tidak tahu besok apa yang akan terjadi. Akankah Buluk dan Gembul nanti kecewa jika aku tidak diizinkan ayahku untuk membawa motor. Ahh, tapi sudahlah. Sudah terlalu malam untuk memikirkan hal itu. Yang bisa kulakuan saat ini hanyalah memejamkan mata diatas ranjang sembari menunggu keajaiban saat besok pagi.

Dalam mimpiku, aku mendengar suara yang memanggil namaku. Suara itu seakan tak henti-hentinya menyebut namaku hingga akhirnya aku terbangun dari tidurku..Dan benar saja, ketika aku keluar dari kamarku suara itu benar-benar ada. Jarum jam menunjukkan pukul 6 pagi. Kubuka pintu samping rumahku, kudapati Gembul telah duduk manis di ayunan teras rumah. 

Setelannya terlihat sangat lengkap, memakai sepatu, jaket sweater, tas ransel, dan kacamata yang dipakai di atas kepala. Aku heran, mau apa dia pagi-pagi buta seperti ini datang kerumahku mengenakan setelan seperti itu. Kalaupun mau mengajakku pergi jogging, alangkah tak pantasnya pakaian yang dikenakannya itu. Kemudian aku bertanya kepada Gembul.

"Hei, mau apa kau pagi-pagi buta seperti ini  datang kerumahku?", tanyaku penuh keheranan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun