Mohon tunggu...
Pieter Sanga Lewar
Pieter Sanga Lewar Mohon Tunggu... Guru - Pasfoto resmi

Jenis kelamin laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nukilan Homo Sapiens: Dua Sembilan Januari

29 Januari 2023   19:53 Diperbarui: 29 Januari 2023   19:54 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demokrasi bukan hanya hak untuk memilih, 

melainkan juga hak untuk hidup bermartabat

(Bahasa Indonesia)

Suara telah diberikan melalui pencoblosan tanda gambar calon ketua RT yang baru pada hari ini. Masing-masing orang, yang mempunyai hak memilih, diberi kebebasan untuk menentukan siapa ketua RT yang diyakini layak memimpin warga RT. Semua dilakukan secara demokratis, meskipun kadar demokrasi, yang dihayati oleh orang per orang, masih belum mencerminkan hakikat demokrasi itu sendiri. Ada yang masih senang berada di bawah cengkraman provokasi; ada yang hanya sebatas menjalankan haknya tanpa peduli dengan konsekuensi yang akan dialaminya dalam kehidupan bersama; ada juga yang memilih di bawah tekanan kepentingan tertentu atau orang tertentu sehingga tidak ada kebebasan yang tersedia baginya; ada lagi yang memberikan hak politiknya dengan iming-iming tertentu yang tidak sebangun dengan semangat demokratis. Padahal, demokrasi itu bukan hanya hak untuk memilih, tetapi juga hak untuk hidup bermartabat.

Demokrasi seharusnya memberi ruang terbuka lebar  bagi  orang untuk  menjadi merdeka dalam menentukan arah dan kerangka hidupnya. Memang harus disadari bahwa demokrasi bukan tujuan akhir perziarahan hidup manusia. Demokrasi hanyalah sarana untuk memetik "bintang" di langit: kebahagiaan dunia dan akhirat. Demokrasi itu akan membuat  orang dapat memetik "bintang"  jika hari-hari manusia tidak lagi diselimuti dusta, tamak, korup, dengki, iri, muslihat, angkuh, dan culas; jika kembara akal sehat manusia tidak lagi dicekoki dengan racun egoisme, sadisme, hedoisme, individualisme, dan rasisme; jika manusia dapat menghidupi praksis cinta kepada Tuhan dan sesamanya dalam setiap derap maju langkah kakinya.

Dalam konteks demokrasi tu, setiap manusia dipanggil untuk menjadi orang merdeka. Namun, kemerdekaan itu bukanlah ruang dan kesempatan untuk tenggelam dalam dosa. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka . Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain  oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan'" (Gal 5: 13-18).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun