Mohon tunggu...
Pierre Goretti
Pierre Goretti Mohon Tunggu... lainnya -

I'm living my truth without your lies… // usahakan tetap waras, berdamailah dan jadilah bahagia :)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Miris, Boneka Pengusaha

22 Maret 2016   12:31 Diperbarui: 22 Maret 2016   12:47 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahir dan besar di kota Jakarta, yang katanya kota Metropolitan membuat saya terbiasa dengan kemacetan, maklum saja Negara ini masih Negara dengan status berkembang dan belum berkembang dari status tersebut, seperti masalah umum yang ada pada Negara berkembang lainnya, populasi, ya si penduduk yang semakin meningkat jumlahnya ditambah dengan jumlah kendaraan yang semakin banyak didukung dengan semakin mudah dan murahnya modal suatu kepemilikan kendaraan.

Pagi ini, kemacetan yang luar biasa saya rasakan di jalan yang katanya bebas hambatan. Berkejaran dengan waktu yang dipikirkan hanya jalan mana yang harus ditempuh agar tidak terlambat sampai kantor yang berlokasi di pusat kota, pusat kemacetan, kuningan. Beruntung kemacetan sepanjang jalan toll jagorawi terbayar dengan jalur lowong yang saya temui di jalur dalam kota arah priok. Bermodalkan aplikasi peta yang sangat membantu saya menempuh jalur yang tidak biasa dari hari biasanya.

Sesampainya di kantor banyak kabar yang memberitahukan penyebab kemacetan yang saya alami tadi pagi, demonstrasi para supir taksi konvensional. Lagi? Batin saya, tapi saya dengar dan membiarkannya berlalu begitu saja. Pagi menjelang siang saya menerima sebuah rekaman pendek yang menggambarkan penghadangan sebuah taksi oleh beberapa demonstran yang masuk ke jalur toll. Terlihat dengan jelas keangkuhan masing-masing, pihak yang lain merasa benar dengan mewajibkan semua yang seperti mereka harus melakukan hal yang sama seperti mereka yaitu berdemonstrasi, dan sang supir yang masih mencari rejeki dengan angkuhnya pun merasa benar dengan keputusannya,

 tetap menjalankan pekerjaannya. Dengan keangkuhan yang sama-sama kuat, apa yang terjadi? Sang supir mengalahkan teman-temannya tersebut dengan menabrak mereka secara brutal, sedih dan miris saya melihatnya. Ketika seorang bertanya kepada saya “kasihan terhadap siapa?” saya menjawab “Semua, kedua pihak itu.”

Bagi saya yang tidak tahu apa-apa, saya miris melihat apa yang terekam dalam video tersebut. Mereka yang katanya sedang berjuang menuntut pemerintah turun tangan mengatasi permasalah yang dihadapi perusahaan tempat mereka bekerja. Ingat, mereka bekerja pada perusahaan yang menetapkan tuntutan atas pekerjaan yang mereka lakukan, tuntutan tersebutlah yang seharusnya dengan bijak mereka pertanyakan kepada pihak perusahaan. Solusi untuk memenuhi tuntutan perusahaan yang seharusnya dibicarakan antara pengusaha dengan karyawannya. Karena tidak mungkin suatu perusahaan yang baik menetapkan suatu target tanpa memikirkan tangga untuk mencapainya.

Kalau permasalahan yang mereka orasikan adalah permasalahan si pengusaha, bukankah hal ini lucu? Untuk apa perusahaan tersebut mempekerjakan ahli-ahli atau profesi-profesi dalam yang katanya dibayar karena kemampuan mereka dalam berstrategi, strategi pemasaran, apapun bentuk produk dan jasa yang dihasilkan setiap perusahaan yang benar-benar baik dalam manajemen seharusnya memiliki mereka, ya ahli-ahli itu. Setiap fungsi dalam perusahaan seharusnya dapat bersinergi dengan baik dalam upaya pengembangan perusaahaan tersebut, termasuk didalamnya mereka seharusnya mampu menetapkan strartegi pasar yang semakin maju dan dinamis dan salah satunya adalah point persaingan usaha.

Kasihan melihat mereka supir-supir yang fungsinya sebagai operasional bertengkar seolah membela nasib mereka. Alangkah lebih bijaknya perusahaan untuk melakukan konsultasi kepada pemerintah jika dirasa perlu dalam upaya memecahakan permasalahan yang usaha mereka hadapi, bukan memanfaatkan mereka yang tidak mampu berbuat apa-apa atas perintah perusahaan.

Mereka saling terluka sedangkan pengusaha hanya duduk menunggu hasil dari perjuangan yang tidak mereka lakukan sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun