Mohon tunggu...
Piere Barutu
Piere Barutu Mohon Tunggu... Administrasi - Citizen Journalism

Email : pierebarutu@gmail.com .

Selanjutnya

Tutup

Money

Obrolan Petani Kopi Sumatera Utara

6 Oktober 2012   04:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:11 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_202757" align="aligncenter" width="554" caption="Seorang nenek (Opung Boru) sedang mamiari kopi, photo file HKBP Adiannangka"][/caption]

Peralihan peruntukkan tanah dari kopi ke sawit mulai banyak terjadi di Sumatera, pemilik lahan seakan sudah enggan karena terlalu minimnya keuntungan financial yang di dapatkan dari menanam kopi.

Padahal Indonesia termasuk dalam urutan lima besar pemain kopi spesial di kancah internasional, sekitar 95 % lebih, kopi terbaik di ekspor ke luar negeri dari jenis kopi Arabica, sedangkan untuk jenis kopi Robusta lebih banyak di konsumsi oleh lokal, diseduh oleh petani dan di jual di pasar sekitar saja.

Sebenarnya para petani / pengusaha kopi tidak kehabisan akal dalam menyiasati anggapan dari rendahnya nilai dari jenis kopi Robusta, diSumatera Utara mereka sudah mencoba mengembangkan dengan kerjasama produktif dengan Luwak liar dan ternyata mendapat respon sangat baik dari dalam dan luar negeri, sehingga di waktu selanjutnya kedua varian kopi Robusta dan Arabica dengan mediasi Luwak dapat di jadikan salah satu andalan kopi asal Indonesia.

Biasanya dari hasil panen kopi terbaik masih ada hasil splitan atau mamiari ( dalam bahasa batak ) biasanya akan terpilih sekitar 5 % biji kopi sangat special dari keseluruhan panen.

Untuk Kopi Luwak yang telah di kemas oleh industri lokal di jual dengan harga variatif :

Seorang peneliti dan pengusaha kopi di kampung halaman kami Sumatera Utara dalam blognya menjual kopi Luwak Peaberry dalam bentuk kemasan 1Kg seharga Rp 3.160.000, untuk kopi luwak regular atau standar 1Kg nya dihargai Rp 1.250.000, kopi ini dapat di seduh sampai 100 cangkir.

Kopi Indonesia, yang sangat di minati ternyata masih harus bersaing dengan kopi tetangganya Vietnam , penyebabnya antara lain ; kecepatan panen yang lambat di karenakan tidak menggunakan bahan kimia ( kebanyakan pupuk kandang )  dan penyuluhan cara bertanam serta memetik yang benar.

Bentuk dataran pertanian kopi di Brazil, dari pengamatan saya cukup mirip dengan lahan kopi di Sumatera Utara, seperti Kabupaten Pakpak Bharat, Dairi serta Humbahas. suatu anugerah yang baik, jika dapat dimanfaatkan dengan maksimal baik oleh masyarakat serta pemerintah.

Keluh dan kesah para petani kopi di Sumatera, kurangnya promosi yang gencar dan tepat sasaran, sehingga cukup banyak pihak ketiga dan seterusya nimbrung untung yang mengakibatkan para petani merasa di anak tirikan , mereka tangan pertama kebingungan dengan standar mutu yang ditetapkan untuk go Internasional, jika negara asing memesan kopi mereka selalu di minta sertifikasi, akhirnya kopi – kopi mereka ditampung oleh para pelaku eksportir kelas kakap yang memiliki pabrik besar yang mampu memenuhi standar mutu internasional. Sehingga aroma dan kenikmatan kopi Sumatera Utara yang telah menjelajah ke seantero dunia belum senikmat harga dan keuntungan seimbang yang mereka dapatkan

[caption id="attachment_202771" align="aligncenter" width="520" caption="Latar Belakang Kebun Kelapa Sawit, Kabupaten Siak Riau, Photo Oleh Piere Barutu"]

13494939761581607975
13494939761581607975
[/caption]

Pelan tapi pasti jika ini terus terjadi lahan pertanian kopi Sumatera Utara akan beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit yang mulai melintang mengikuti bukit barisan dan telah membuat provinsi tetangga mereka seperti Riau ( bumi lancang kuning )  jaya dan memiliki motto guyonan semangat “ Di bawah tanah Minyak, di atas kami Minyak.

MERDEKA !!!

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun