Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pamit

25 Februari 2016   20:17 Diperbarui: 25 Februari 2016   21:00 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi gambar dari: www.wallpaperup.com"][/caption]

Ridwan enggan keluar rumah malam ini. Apalagi di luar hujan belum berhenti bernyanyi, seperti membunyikan nada-nada minor dari dunia lain.

Di dalam kamarnya yang temaram, Ridwan bergelung di atas tempat tidur. Saat memandang pintu kamar, dia membayangkan bagaimana jika tiba-tiba ada sepasang mata yang mengintip dari sebelah ventilasi kamarnya? Padahal ventilasi itu tingginya hampir tiga meter dari lantai. Hiii…

Saat tempat tidurnya berderak, dia juga jadi membayangkan ada suster ngesot berusaha merangkak keluar dari kolong ranjangnya. Ada kakek-kakek yang duduk di atas lemari pakaiannya, ada bocah yang merayap di plafon kamarnya, ada darah yang merembes dari dinding, ada… ada….

Dengan selimut, Ridwan membungkus tubuhnya rapat-rapat. Entah mengapa tiba-tiba malam ini pikirannya terganggu dengan imajinasi-imajinasi menyeramkan itu. Dia lalu beranjak dari tempat tidur untuk menyalakan lampu kamar. Ctek! Seketika kamar jadi terang benderang. Dia pun meyakinkan diri kalau khayalannya tadi memang berlebihan.

Saat berniat menghempaskan diri kembali ke atas tempat tidur, Ridwan memandang ada selembar foto seseorang di lantai. Dia berjongkok untuk meraih foto tersebut.

Sepertinya dia dengan seluruh kesadarannya tidak tahu kalau saat itu di belakangnya berdiri seorang gadis. Wajah gadis itu bergelimang darah segar dan gadis itu menatapnya sayu.

Suara Charlie Puth menyanyikan lagu “One Call Away” berbunyi nyaring dari gawainya di atas tempat tidur. Ridwan mengamati layar gawai dan menemukan itu panggilan dari Roni, adik Ita, kekasihnya.

Ada apa ya, Roni menelepon malam-malam begini? batin Ridwan.

 Tapi panggilan itu pun dijawabnya juga.

“Kak, Kak Ita kesitu, ya?” lirih suara dari seberang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun