Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mencumbu Malam

16 Januari 2015   02:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku masih setengah bermimpi saat merasakan tangan kekarnya membelai lembut punggungku. Lalu satu satu desir hasrat membuncah saat sebuah kecupan mesra didaratkan ke tengkukku. Sambil menggeser posisiku di atas ranjang, aku berusaha menembus keremangan kamar untuk menatap lurus ke arah jam dinding. Pukul 11 lewat 20 menit. Aku pikir mas Bayu malam ini akan pulang lebih larut. Aku pasti tidur terlalu nyenyak sehingga tidak mendengar klakson mobilnya sebelum masuk ke halaman rumah.

“Sudah pulang, mas?” tanyaku.

Mas Bayu mengiyakan.

“Aku ingin mencumbumu habis-habisan malam ini, sayang. Seolah besok tidak ada lagi…,” sahutnya sambil tersenyum nakal.

Sensasi kantukku sirna seketika. Jarang-jarang mas Bayu seromantis ini. Aku ingin menggodanya sejenak, tapi tangannya sudah keburu menyibak baju tidurku lebar-lebar. Rasanya aku mulai merona.

Sekali lagi kecupannya mendarat mesra. Tapi kali ini aku membalasnya dengan hangat. Kami berpagutan bermenit-menit sebelum menanggalkan seluruh sekat diantara tubuh kami berdua. Dunia pun perlahan-lahan sirna, lebur dalam irama permainan asmara kami. Kian lama iramanya kian deras. Mas Bayu benar-benar piawai mengayuh perahu cinta kami menyusuri puncak demi pucak gelora hasrat jiwa.

Jantung berdenyut kencang. Peluh pun mengalir deras. Aku bahkan hampir tidak bisa mengatur hentakan nafasku.

Sampai akhirnya kami berdua benar-benar sampai ke puncak surga dunia, menyisakan deru napas dan bulir peluh penghabisan.

Aku bahagia. Mas Bayu masih sempat melempar satu dua kata mesra, sebelum terlelap dengan tubuh polos di ujung tempat tidur.  Kepalaku pun mulai terasa berat sehingga aku jadi malas beranjak ke kamar mandi. Menit-menit yang baru saja berlalu benar-benar menguras stamina.

Suara itu membuatku terkejut, padahal aku baru saja tertidur pulas. Aku mencoba membuka mata yang masih ingin menutup rapat. Suara klakson mobil kembali terdengar, lalu sayup-sayup kudengar suara pintu depan terbuka dan suara ketukan berkali-kali selop Ijah, asisten rumah tangga kami beradu dengan lantai teras.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu gerbang besi diseret dan deru halus mesin mobil menuju ke carport. Kini kantukku benar-benar hilang. Di luar itu benar-benar mas Bayu yang baru pulang ke rumah. Kalau itu mas Bayu,…. yang tadi itu….

Dengan cemas aku menoleh ke samping dan mendapati ujung tempat tidur kosong melompong. Aku bergidik membayangkan makhluk apa gerangan yang tadi menggerayangiku. (PG)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun