Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membuat Tulisan dengan Mind Map? Bisa!

2 Juli 2015   15:24 Diperbarui: 2 Juli 2015   15:24 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar Mind Map sederhana. Gambar: dokpri"][/caption]

Mind Map adalah suatu teknik menuangkan pikiran ke dalam bentuk-bentuk visual seperti diagram, alur,  gambar, tulisan dan kode-kode visual lainnya. Teknik visualisasi ini dibuat semirip mungkin dengan cara kerja otak kita.

Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan begitu dahsyat potensi yang dimiliki oleh otak kita. Otak kita terdiri dari jutaan sel otak yang berfungsi menyimpan dan mengelola informasi demi informasi yang berasal dari penginderaan kita. Setiap sel otak bekerja seperti pemancar yang menarik dan melepaskan sejumlah pesan elektromagnetik biokimia atau yang lebih kita kenal dengan impuls syaraf dari dan menuju sel otak lainnya.

Demikian kompleks dan dahsyatnya sistem otak kita, sehingga pakar Mind Mapping, Tony Buzan pernah menulis membandingkan sebuah super komputer dengan otak kita, sama seperti membandingkan rumah dua tingkat dengan gedung raksasa yang puncaknya mencapai bulan.

Konon, para ilmuwan besar yang membuat lompatan-lompatan besar ilmu pengetahuan seperti Galileo Galilei, Leonardo da Vinci dan Albert Einstein juga menggunakan dasar-dasar Mind Map untuk mengurai pemikiran-pemikiran mereka. Alih-alih menggunakan cara berpikir linear, terstruktur, cenderung matematis yang mereka anggap konvensional, mereka lebih memilih menggunakan cara berpikir skematis, diagramatis bahkan cenderung imajinatif.

Teknik Mind Mapping memungkinkan penggunanya mengeksplor ide atau gagasan yang selama ini tersimpan rapi dalam “laci-laci lemari” pikirannya. Mind Map sama halnya cahaya senter yang membantu kita menelusuri sebuah peta raksasa dalam ruang gelap. Semakin sering kita menelusuri peta tersebut, semakin mudah kita menemukan pola-pola hubungan antar lokasi atau tempat dalam peta tersebut. Dalam cara kita berpikir, pola-pola tersebut dikenal sebagai “asosiasi”. Asosiasi ini membantu kita menautkan informasi yang baru kita terima dengan informasi-informasi lain yang sudah terlebih dahulu tersimpan di dalam pikiran kita.

Sehingga dengan menggunakan Mind Map kita akan lebih mudah mengurai masalah kompleks, karena kita dapat melihat permasalahan secara komprehensif. Selain itu, Mind Map juga cocok digunakan untuk membuat perencanaan, menjabarkan ide atau konsep menjadi lebih konkrit dan membantu kita mengingat dengan lebih baik.

Aplikasi Mind Mapping

Oleh karena itu ilmu Mind Map sudah menjadi ilmu yang digunakan secara luas. Dalam penjabaran yang lebih praktis, Mind Map dapat digunakan untuk membantu organisasi menjabarkan visi dan misinya, menyusun marketing plan atau sekedar menyusun agenda rapat. Untuk perorangan Mind Map bisa digunakan lebih fleksibel lagi. Misalnya membuat breakdown rencana pernikahan, membuat agenda dalam sepekan, menyusun rencana investasi, merancang interior rumah, dan lain-lain.

Saya dan kawan-kawan tahun lalu menggunakan Mind Map untuk menyusun kepanitiian dan rencana kerja acara Jalan Santai dalam rangka memperingati HUT Credit Union kami. Semua jobdes plus PIC masing-masing berhasil kami urai serinci mungkin dengan Mind Map seukuran kertas karton. Walhasil dengan keterbatasan jumlah panitia, seluruh rangkaian acara berhasil berjalan dengan baik.

Saya juga menggunakan Mind Map untuk membuat kerangka tulisan. Sebelum mengenal Mind Map, kerangka tulisan selalu dibuat sistematis. Cara ini juga tidak salah, tapi setelah mengenal Mind Map saya merasa cara seperti itu cenderung membatasi keluwesan berpikir kita. Dengan Mind Map, kita diberi ruang yang cukup lapang untuk berkreasi tanpa perlu risau oleh kaidah-kaidah yang cenderung  membatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun