Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Malaikat-malaikat Mungil

29 September 2016   21:22 Diperbarui: 30 September 2016   11:44 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: fresh-tattoos.com

Bayi-bayi mungil bergelimang darah itu terus bergerak-gerak mengerikan. Sebagian merangkak naik melewati kaki-kaki jembatan, sebagian terapung terbuai gelombang sungai, sebagian lagi menghadang langkah Tora. Tangisan memilukan bayi-bayi itu terdengar memenuhi gendang telinga Tora.

Tora terus berlari menghindari lautan bayi berdarah yang bergerak menuju ke arahnya. Sekalipun terus berlari, Tora merasa tidak bisa kemana-mana. Bumi seperti terus menyeretnya untuk kembali ke belakang. Peluh pun membanjiri tubuhnya.

Tiba-tiba seseorang dengan kasar menarik kerah bajunya. Tora terkejut dan berbalik ke belakang untuk melihat siapa gerangan yang mencoba menghentikan langkahnya.

“Nad…?”

---

Jam masih menunjukkan pukul 02.10 dini hari. Tora terbangun tiba-tiba dengan nafas tersengal-sengal. Penerangan kamarnya hanya datang dari lampu tidur di atas pembaringan.

Hanya mimpi rupanya.

Tapi walaupun hanya mimpi, butir-butir keringat sebesar jagung menutupi kening dan membasahi kaos oblongnya, padahal saat itu AC sedang dinyalakan.

Tora turun dari tempat tidur lalu beranjak ke meja kerjanya untuk meneguk air dalam mug besar yang selalu disiapkannya. Isi mug sudah hampir tandas. Tora pun keluar kamar dan menuju ke dapur.

Sambil melangkah, Tora mengingat-ingat kembali potongan mimpi mengerikan yang barusan dialaminya. Sudah beberapa malam ini dia mengalami mimpi yang sama. Bayi-bayi bersimbah darah.

Kegelisahan kembali melanda hatinya, seperti kabut yang menyelimuti pagi. Mungkin ini semacam teguran halus baginya… juga Nad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun