Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Embun Memanggil Perang

8 Februari 2017   10:44 Diperbarui: 8 Februari 2017   10:52 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari: http://www.embunhati.com/


Di atas butir embun sebuah aubade dimulai
pertanda mimpi terakhiri dan ikhtiar diawali
tabuhan genderang perang sebarkan bunyi
pasukan awan berderap memanggil prajurit sejati
dipimpin panglima raja hari.
.
Klakson dan derum mesin-mesin luluhlantakkan sepi
memaksa peluang keluar dari celah pundi-pundi
tubuh-tubuh pun memasak kalori rembeskan bulir peluh
kerajaan para pekerja bergeliat dalam ria dan keluh.  
.
Panglima berteriak lantang di atas tahta
dan kita prajurit berperang dengan gagah perkasa
berjibaku di medan terbuka
lumpur menghitam di kaki sawah desa
atau ruangan beraroma lavender di belantara beton kota.
.
Di bawah panji-panji perang
kita melawan nasib dan kestatisan
anehnya perang ini tak memiliki pemenang
kita selalu kalah agar selalu punya alasan berjuang
.
Lalu akhirnya kita sadar
kalah dan menang hanya permainan alam bawah sadar
.
Perang kita bukan untuk mencari pemenang
melainkan untuk memisahkan pencundang dan pejuang. 

---

kota daeng, 08 Februari 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun