“Belum online juga?” tanyaku.
Rara mengangguk lemah. HP-nya masih teronggok pasrah di sudut meja gerobak.
Medsos adalah satu-satunya teman Rara di belakang gerobak teh instan yang akhir-akhir ini sepi pembeli. Tapi beberapa hari terakhir, cewek manis itu lagi puasa bermedsos ria.
“Setiap pasang status tentang idola saya, selalu ada yang komen nyinyir. Bahkan ada yang tega mengata-ngatai saya, Mas,” ucapnya tiga hari lalu.
“Namanya juga medsos. Orangnya macam-macam, mulai dari yang baik sampai jahat, cerdas sampai goblok.”
Saya lalu menyarankan untuk tidak bersosmed dulu selama satu hari agar kepalanya mendingin. Tapi nampaknya kurang berhasil.
“Atau begini saja, blokir atau unfriend saja teman kamu yang suka nyinyir, jadinya aman kan?”
“Iya sih. Orang-orangnya juga yang itu-itu saja,” sahutnya sambil menuang teh pesanan saya ke dalam gelas plastik.
“Tuh, kan?”
“Tapi… tidak seru saja kalau semua teman orang-orang sealiran, Mas. Apa gunanya sosial media kalau begitu? Sebenarnya tidak masalah berbeda, yang penting bisa berkomentar dengan sopan.”
Ah, anak ini semakin cerdas.