Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bisakah Hidup tanpa Gadget dan Medsos?

23 Januari 2016   13:01 Diperbarui: 23 Januari 2016   13:40 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan data membuat hampir seluruh hidup kita dikendalikan oleh ujung jari. Melakukan transaksi perbankan, berbelanja, memesan tiket perjalanan, menonton film bahkan memesan makan siang jadi hanya sejauh ujung jempol dan layar gadget. Saat ini seiring inovasi  para penyedia gadget, ruangan kantor kita pun bisa disulap masuk ke dalam benda berukuran segenggaman tangan itu. Belum lagi bicara aplikasi media sosial yang semakin terintegrasi dengan teknologi gadget.

Sehingga coba amati sejenak, sejak bangun di pagi hari sampai memejamkan mata kembali di ujung malam, berapa rasio waktu yang kita gunakan di depan gadget kita dibanding interaksi dengan orang lain?

Secara khusus mari coba melihat bagaimana pengaruh aktivitas ber-medsos ria dalam kehidupan kita. Dengan gadget dalam genggaman, kita jadi seperti bisa melihat dunia yang lebih luas dengan dimensi yang lebih kecil. Ini yang membuat aktivitas dalam dunia maya jadi begitu mengasyikkan. Bahkan sebagian orang rela menggantikan interaksi sebenarnya di kehidupan nyata, dengan interaksi dalam dunia maya dengan segala pesonanya.  

Memang mengasyikkan. Mengecek sudah berapa like yang disemat kawan-kawan ke status kita, stalking status serta tingkah polah kawan-kawan di timeline mereka, mengirim posting berisi pemikiran kita ke semesta, lalu kawan-kawan di luar sana memberi tanggapan sesuai selera masing-masing. Ini aktivitas yang menyenangkan. Bahkan saya sering tidak menyadari bermenit-menit waktu lewat begitu saja tanpa terasa saat sudah PW di dunia maya.

Makanya gadget plus medsos pun punya potensi bahaya bagi kita. Misalnya fenomena yang saat ini sudah jamak kita lihat di restoran, ada keluarga berkumpul di sekitar satu meja. Tapi sambil menunggu pesanan datang, ayah, ibu dan anak-anak malah asyik dengan dunia virtualnya masing-masing.

Selain membawa penyakit anti-sosial, medsos juga punya bahanya lain. Saya perhatikan beberapa orang gemar menjelek-jelekan orang lain, memarahi istri atau suami dan membuka aib sendiri dengan curhat di media sosial. Jika curhat kemudian diladeni oleh orang ketiga, peluang keretakan dalam rumah tangga pun terbuka lebar.

Pertanyaannya kemudian: Dapatkah kita hidup sehari saja tanpa notifikasi medsos? Tanpa komunikasi data. Tidak ada notifikasi facebook, twitter, instagram, WA, BBM dan lain-lain?

Kemarin dulu, smartphone saya ketinggalan di rumah akibat buru-buru ke kantor. Handphone biasa yang cuman buat menelpon dan SMS tetap dibawa karena saya selalu meletakkannya dalam tas kerja. Begitu sampai kantor dan menyadarinya, saya jadi sedikit panik. Hari-hari terakhir ini, komunikasi dengan para vendor yang bermitra dengan kantor agak intens, karena kami sedang mempersiapkan event besar Rapat Anggota Tahunan. Saya dan mitra kantor lebih banyak berkomunikasi dengan perpesanan, line, BBM dan sesekali FB Messenger. Di gadget tersebut, saya juga menyimpan catatan pengeluaran keuangan rutin dan beberapa reminder. Yang tidak kalah penting, saya cukup hobi menyimak timeline teman-teman dumay. Dan itu hobi itu lebih nyaman dengan gadget karena bisa dilakukan bahkan sambil menyeduh kopi di dapur.

Sempat terpikir haruskah kembali ke rumah untuk mengambilnya? Tapi setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya tidak perlu. Toh vendor dan kawan-kawan yang selama ini berkomunikasi lewat medsos, bisa menelepon langsung jika urgent. Kemudian reminder-reminder yang sudah saya tulis di gadget biasa malah tercatat dengan baik juga di dalam otak. Chit-chat lewat medsos bisa ditunda dulu, lagipula ada laptop yang bisa difungsikan sekalipun tidak fleksibel.

Akhirnya seharian saya beraktivitas tanpa smartphone dan notifikasi medsos. Awalnya memang terasa aneh seperti ada yang kurang, tapi lama kelamaan terbiasa juga.

Jadi kesimpulannya, gadget memang penting karena jika difungsikan dengan baik kehadirannya cukup membantu hidup kita. Tapi sebaliknya, jika tidak difungsikan secara bijaksana dan proporsional, gadget bisa merampas tempat untuk hal-hal penting lain dalam hidup kita. Bahkan merampas posisi orang-orang terdekat dalam hati kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun