Ulat MBG yang tak bernyawa lagi di dalam lauk pauk
tidak perlu membuat kita geger
dan larut dalam polemik panjang.
Alih-alih menjadikannya bahan keributan
lebih baik kita membuat upacara pemakaman
dan memberikan penghormatan terakhir
dengan khidmat.
Lalu setiap orang
para murid
orang tua
kepala sekolah
dan vendor makan siang
bergantian memberikan ucapan belasungkawa sedalam-dalamnya.
Bukankah ulat MBG gugur
karena menjalankan tugas mulia?
Dia telah membuka mata kepala dan mata hati kita semua
agar segera mengevaluasi yang perlu dievaluasi
memperbaiki yang perlu diperbaiki.
Pun agar kita semakin menyadari
pengendalian kualitas makanan
harus sampai ke akar sayur-sayuran yang dibawa petani
harus sampai pada suhu panci dan warna asap yang mengepul
bukan sekadar utak-atik statistik dan probabilitas.
Begitulah ikhtiar yang harus terwujud
setelah masa berkabung usai.
Dengan demikian kita tidak perlu terus mengulang
penghormatan terakhir demi penghormatan terakhir.
---
barombong, 8 mei 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI