Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Kiat Menghadapi Orang-orang Menyebalkan di Medsos ala Filosofi Stoa

22 Maret 2023   18:07 Diperbarui: 23 Maret 2023   03:18 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari money.kompas.com (shutterstock)

Hakikat manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu sejak dahulu manusia selalu hidup dalam komunitas. Dengan bersinergi di dalam komunitas, manusia dapat berkolaborasi untuk mengembangkan kehidupan dan membangun peradaban. Sejarah telah mencatat peradaban-peradaban ternama dunia lahir dan tumbuh dari komunitas-komunitas besar yang dikembangkan dengan baik.

Seiring perkembangan waktu dan teknologi, komunitas bukan saja berada di dunia nyata seperti yang kita kenal selama ini. Komunitas ikut hadir di dunia maya dengan platform yang kita kenal dengan nama media sosial.

Tentu ada perbedaan-perbedaan mendasar antara komunitas di dunia nyata dan di media sosial. Tapi dalam beberapa hal, keduanya tetap memiliki persamaan. Misalnya: ada komunikasi antara orang yang satu dan yang lain. Ada relasi yang bisa dibuat intens, seintens pertemanan di dunia nyata. Kita juga bisa mencari kawan dengan preferensi tertentu, misalnya: teman sekampung, teman sehobi dan seterusnya. Lalu ada berbagai macam karakter orang di sana, ada yang ramah, pintar, judes, julid, murah hati, egois, kocak dan banyak lagi.

Seperti karakter manusia di dunia nyata, kita pun bisa bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan di dunia maya: orang-orang yang suka pasang status toxic, yang suka merendahkan orang lain, yang punya sifat kepo level dewa atau mereka yang kerap memberi komentar tidak etis pada konten-konten kita.

Saat kita mengunggah foto liburan, misalnya, ada yang memberi komentar "Ini fotonya asli atau fake ya?" Saat mengunggah foto di acara nikahan teman mereka berkomentar "Itu bajunya paling pinjem punya orang." Atau saat kita mengunggah hasil refleksi diri setelah membaca buku motivasi, ada yang berkomentar ketus "Ah, sok bijak lu!" dan seterusnya.

Mungkin kita tidak pernah berharap orang-orang seperti ini eksis. Tapi, ya, itulah realitanya. Mereka eksis dan malah mungkin berada satu circle pertemanan dengan kita.

Lalu apa yang harus dilakukan menghadapi orang-orang seperti ini? 

Kita bisa marah, geram, membalas dengan komentar pedas, perang di lini masa atau block dan unfollow, itu hak kita. Tapi sebelum terlanjur terseret dalam emosi-emosi negatif yang malah bisa semakin jauh melukai kita, ada baiknya kita simak kiat-kiat ala filosofi Stoa untuk menghadapi orang-orang seperti ini.

Bagi pembaca yang baru mendengarnya, filosofi Stoa (atau Stoic) adalah sebuah aliran filsafat yang berawal dari Yunani kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Filosofi Stoa ditemukan pertama kali oleh Zeno, seorang pedagang yang kemudian lebih banyak mempelajari kesejatian hidup bersama filsuf-filsuf ternama di Athena. 

Setelah kematian Zeno, Stoa terus dikembangkan oleh para filsuf yang mendalaminya. Banyak yang kemudian menyebutnya sebagai filosofi pasrah. Tapi pasrah di sini dalam arti yang positif ya, lebih condong ke tawakal, dibanding pasrah yang berarti pasif, tidak melakukan apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun