Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Memburu Bayangan

21 Februari 2023   20:09 Diperbarui: 21 Februari 2023   20:13 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar oleh Sam Williams dari pixabay.com  

Malam semakin larut dan dingin. Bulan setengah purnama sampai betah bersembunyi di balik awan-awan kelabu di langit malam.

Di salah satu sudut metropolitan, di bekas kawasan pergudangan, Ron melangkah hati-hati di balik barisan mobil tanpa tuan yang diparkir asal-asalan. Pistol otomatis disiagakan di tangan kanannya. Matanya menyapu tempat itu dengan cepat.

Sepi. Selain tiga ekor tikus yang sedang berpesta di sisi bak pembuangan sampah, tidak ada tanda-tanda kehidupan lainnya di situ.

Melakoni profesi sebagai pembunuh bayaran bertahun-tahun lamanya membuat insting berburunya terlatih dengan baik. Insting itu mengatakan targetnya tidak ada lagi di tempat itu. Mungkin lari ke dalam salah satu gudang di utara atau lari lewat ujung gang menuju ke arah barat.

Misinya malam ini sebenarnya sederhana. Sebuah hit and run yang mestinya tidak butuh waktu lama. Targetnya seorang laki-laki single berusia 40 tahun, pengemplang utang kelas kakap. Penyewanya kali ini adalah salah satu pengusaha kotor yang lihai bersembunyi di balik proyek-proyek amal.

Misinya adalah menyeret sang target ke penyewanya, hidup atau mati. Untuk itu dia sudah memantau targetnya tiga hari ini. Laki-laki itu seorang penjudi online, bisa dibilang cukup profesional. Entah apa yang membuatnya sampai terlilit utang miliaran rupiah.

Untungnya sang target lebih suka bekerja sendiri, tidak punya satu pun bodyguard tapi malah punya penyakit asma akut. Ini yang membuat pekerjaannya mestinya lebih mudah.

Tapi perkiraannya meleset. 20 menit lalu, Ron berhasil menyudutkan target di jalan kecil yang sepi saat target menuju ke apartemennya. Target ternyata memberikan perlawanan yang berarti. Mereka terlibat tembak-menembak beberapa menit sebelum sang target berhasil lolos.

Ron baru saja mendengus kesal sebelum mencium sesuatu. Selain aroma lumpur dari selokan dan samar-samar bau sampah di ujung jalan, dia mencium aroma yang sangat dikenalinya. Darah segar. Matanya membulat saat menemukan bekas gesekan darah di pintu salah satu mobil. Senyum tipis muncul di ujung bibirnya.

Dia memang meyakini salah satu tembakannya tadi mengenai sasaran, walaupun tidak telak. Jejak darah barusan menjadi buktinya. Senyum Ron semakin mengembang. Empat langkah dari situ, dia melihat jejak darah segar lainnya di atas aspal dengan bantuan lampu jalan yang remang-remang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun