Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Nasi Kuning Terakhir (2)

22 November 2022   20:59 Diperbarui: 22 November 2022   21:18 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi kuning Makassar. Gambar dari travel.kompas.com

Elon mengiyakan.

Opa Hans pun mengambil mangkok berukuran sedang di laci atas gerobak berisi paru. Paru yang dimaksud adalah paru sapi goreng. Paru sapi yang sudah dipotong-potong dimasak setengah matang terlebih dahulu. Setelah itu dimasak kembali dengan air asam jawa ditambah bumbu-bumbu seperti sereh, daun salam, ketumbar dan gula merah. Setelah masak, paru kemudian digoreng garing sampai berubah warna menjadi coklat tua. Paru goreng ini memang menambah cita rasa tersendiri pada sajian nasi kuning.

Terakhir, Opa memasukkan abon sapi dan sesendok sayur labu siam tumis. Labu siam ini adalah salah satu karakter nasi kuning khas Makassar. Setelah lauk pauknya lengkap, Opa Hans pun membungkus rapi-rapi nasi kuningnya, memasukkan ke dalam plastik bersama sambal yang sudah diracik terpisah  lalu menyerahkannya ke tangan Elon. Dengan lauk sekomplit itu, kisarannya harga nasi kuning biasanya 25-30 ribu rupiah per porsi.

Elon pun menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan. Tapi Opa Hans mengangkat telapak tangannya. "Ini Opa kasih ke Oma kamu, Elon. Tidak perlu bayar ya," ucapnya.

Elon sedikit terkejut, tapi kemudian membungkuk hormat. "Terima kasih banyak ya, Opa."

Elon pun pamit dan bergegas kembali ke rumah.

Wangi nasi kuning dan lauk pauknya yang khas langsung memenuhi kamar Oma Sara, begitu nasi kuning itu dibuka dan diletakkan di atas piring makan. Oma Sara yang sudah pada posisi duduk di samping tempat tidur nampak senang dengan pemandangan itu. Dia tersenyum, walau wajahnya masih nampak lemah.

"Kamu sudah hafal selera Oma," ucapnya pada Elon. 

"Opa Hans yang hafal, Oma. Nah, Oma makan yang banyak ya, biar cepat sehat lagi," timpal Elon. Di situ juga ada Melina, mamanya, dan om Hery. Wajah mereka semua lebih hangat melihat semangat Oma.

Tidak lama berselang, suami Melina masuk dengan pakaian rapi untuk pamit pada semuanya. Oma pun teringat sesuatu lalu menegur Elon.

"Elon, kamu tidak masuk kerja? Kok belum siap-siap?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun