Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Semut-semut dan Percobaan ke-19

23 September 2022   20:33 Diperbarui: 23 September 2022   20:35 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh ImageParty dari pixabay.com 

Sepasang mata mungil menatap semut-semut yang berbaris di lantai dapur. Mereka sedang bergotong-royong mengangkut remah-remah roti yang besarnya berkali-kali lipat tubuh mereka sendiri.

Masalah terjadi  saat barisan semut melewati undakan yang menghubungkan dapur dan teras belakang. Bagi pemilik mata mungil, undakan itu bisa dilewati dengan mudah. Tapi bagi semut-semut undakan itu bagai tebing terjal yang harus ditaklukkan.

Semut-semut yang membawa remah-remah roti yang kecil bisa melewati undakan itu dengan mulus. Tapi tidak bagi serombongan semut yang membawa remah-remah roti yang lebih besar. Setiap kali rombongan sampai di tengah undakan, gumpalan remah roti jatuh kembali ke bawah karena gravitasi.

Rombongan semut pun menuruni undakan dan kembali gotong-royong mengangkut remah-remah roti ke atas. Mungkin di antara semut-semut ada yang meneriakan komando agar gerak mereka lebih terpadu. Sayangnya, peristiwa yang sama kembali terjadi. Saat remah-remah roti sudah berada di tengah undakan, gravitasi menariknya kembali ke bawah.

Pemilik mata bening tersenyum menyaksikan hal itu. Muncul keinginan untuk membantu semut-semut mengangkat remah-remah roti tersebut. Tapi rasa penasaran mengalahkan keinginan itu, jadi dia tetap setia mengamati perjuangan semut-semut.

Setiap kali remah-remah roti jatuh kembali ke lantai, semut-semut kembali mengatur formasi untuk mengangkutnya menaiki undakan. Seandainya pemilik mata mungil sudah lihai menghitung, dia pasti tahu sudah 18 kali rombongan semut-semut mencoba menggotong remah-remah roti melewati undakan, dan sudah sebanyak itu remah-remah roti terjatuh kembali.

Akhirnya pada kali yang ke-19, rombongan semut-semut berhasil mengangkut remah-remah roti melewati pertengahan undakan, semakin tinggi dan semakin tinggi. Si pemilik mata mungil sampai menahan napas menunggu akhir perjuangan itu.

Sesaat sebelum sampai ke puncak undakan, suara panggilan dari ibu mengejutkan pemilik mata mungil.

"Lagi lihat apa, Boy? Waduh, ini semut banyak sekali! Pasti gara-gara Boy tadi makannya sambil lari-larian. Udah, ke sini, Boy. Main di sana dulu ya. Mama mau sapu lantainya."

Sebelum beranjak, pemilik mata mungil masih sempat mengamati remah-remah roti yang bergerak menjauh, pertanda para semut berhasil menuntaskan perjuangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun