Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Hati Seribu Musim

22 Juli 2022   19:50 Diperbarui: 22 Juli 2022   19:52 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Horacio Lozada dari pixabay.com

Musim hujan di hatimu
ditemani secangkir kopi yang masih mengepul
lengkap sudah hidupku di ujung sore ini.

Musim kemarau di hatiku
tidak tertarik menikmati segelas dua gelas es dawet
minuman favoritmu?

Tapi barangkali cukup dua atau tiga jam saja.
Jika hujan berkepanjangan
aku takut airnya meluap dari hatimu dan membanjiri rumah kita.
Pun jika kemarau terlalu lama
sumber air mengering
dan tiada air yang cukup untuk menyiram cabe dan tomat
yang ditanam di belakang rumah.

Atau bagaimana jika dua musim kita satukan saja
bukankah alam semesta akan menemukan keseimbangan di sana?

"Mengapa harus terpaku pada dua musim?" tanyamu.
"lebih banyak musim lebih semarak, bukan?"

Benar juga.
Masih ada musim yang lain, musim semi, musim salju, musim mangga, musim rambutan,
musim durian, musim diskon, musim layang-layang dan aneka musim lainnya
hidup kita jadi lebih penuh sensasi dan warna.

Tapi untuk sekarang sebaiknya
sisa kopi dalam cangkir aku ubah jadi payung hitam untuk kita gunakan bersama
agar aku tidak kehujanan di dalam hatimu
dan kamu tidak kepanasan di dalam hatiku. 

---

kota daeng, 22 juli 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun