Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Pengaruh Tagar #BapakPolitikIdentitas pada Anies Baswedan

29 Juni 2022   12:05 Diperbarui: 29 Juni 2022   12:10 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan. Gambar dari megapolitan.kompas.com

Dua minggu terakhir ini kita dapat dengan mudah menemukan tagar #BapakPolitikIdentitas di lini masa media sosial, khususnya twitter. Tagar ini ditujukan ke sosok Anies Baswedan terkait sepak terjangnya pada saat pilgub DKI Jakarta tahun 2017 yang lalu. Tagar ini bahkan pernah menjadi trending topic tanah air lebih dari sekali. Entah terbentuk secara organik atau karena ada orkestrasi, kemunculan tagar ini menarik untuk disimak lebih lanjut.

Kita ketahui bersama, pertarungan head to head antara Anies kontra gubernur petahana, Ahok, pada putaran kedua pilgub memang sarat dengan isu politik identitas. Untuk adu kompetensi pemerintahan seperti manajemen birokrasi, isu-isu ibu kota dan hal-hal esensial lainnya terkait jabatan gubernur, bisa dikatakan Ahok lebih unggul dari Anies Baswedan.

Hal ini bisa terlihat dari debat-debat antar cagub-cawagub sebelum pilgub. Anies Baswedan (bersama Sandiaga Uno saat itu) lebih banyak berbicara mengenai hal-hal konseptual dan program kerja yang tidak terlalu konkrit. 

Berbeda dengan Ahok (dan Djarot) yang mengulas isu-isu dan program kerja secara lebih komprehensif. Mulai dari konsep sampai hal-hal teknis yang sifatnya implementatif. Ahok-Djarot memang terlihat lebih menguasai persoalan karena memiliki jam terbang lebih tinggi dalam mengelola pemerintahan ibu kota.

Jadi apa yang bisa membuat Anies Baswedan lebih unggul?

Ada celah di luar hal-hal menyangkut kompetensi. Secara personal, Ahok mewakili double minority di negeri ini. Dia beragama Kristen dan juga memiliki etnis Tionghoa. Ini bisa jadi sasaran empuk. Ditambah lagi dengan kasus Al-Maidah gara-gara Ahok keseleo lidah. Klop sudah kesempatan kubu Anies menggunakan isu agama untuk menjatuhkan elektabilitas Ahok-Djarot.

Akhirnya propaganda untuk tidak memilih Ahok bukan hanya ada di panggung-panggung politik, tapi juga merembet sampai ke rumah-rumah ibadah. Frase ayat dan mayat pun jadi frase yang populer di media sosial untuk menggambarkan dinamika pertarungan politik yang tidak sehat saat itu.

Menuju 2024

Pilpres 2024 memang masih dua tahun lagi. Tapi ibarat sebuah perang, genderang perangnya sudah mulai kedengaran kendati perangnya masih jauh di depan. Survei-survei elektabilitas para tokoh yang dianggap memiliki banyak simpatisan pun bermunculan, tidak terkecuali pada sosok Anies Baswedan. Dari hasil survei selama ini, nama Anies Baswedan cukup menonjol bersama dua tokoh lainnya yaitu Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Bisa jadi ini yang ikut menjadi pemicu kemunculan tagar #BapakPolitikIndonesia tersebut. Sejumlah warganet masih ingat suasana pertarungan politik pilgub DKI lalu dan ingin memberikan reminder bagi yang lain.

Memang ada resistensi dari barisan pendukung Anies terhadap tagar tersebut. Mereka mengingatkan politik identitas pun digunakan kubu Ahok pun saat itu. Mereka mengunggah beberapa jejak digital berupa foto flyer atau spanduk yang pesannya kurang lebih mengajak warga Jakarta yang Kristiani untuk memilih Ahok. Ya, memang benar ini juga bisa dikategorikan politik identitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun