Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sumur Resapan di Dalam Kepala

29 November 2021   20:04 Diperbarui: 30 November 2021   11:15 3040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari kompas.com

Aku membiarkan hujan yang jatuh berderai-derai membasahi wajahku, menyelusup ke rongga pori-pori ubun-ubun dan mendinginkan isi kepalaku. Mungkin kamu harus mencobanya sesekali,  terutama saat merasa otakmu sudah bekerja terlalu keras, membuatnya ringkih dan panas.

Selain mendinginkan, air hujan yang menggenang di dalam sana membawa kebaikan yang lain. Bunga-bunga tumbuh dan bermekaran, pun pohon-pohon berbuah lebat sehingga aku leluasa memanen buah yang ranum dari dalam kepalaku.

Suatu hari hujan yang jatuh berderai-derai tidak mau lagi masuk ke rongga pori-pori ubun-ubunku. Dia lebih memilih masuk ke dalam sumur-sumur resapan yang banyak digali membelah kotamu. Akibatnya taman dan hutan-hutan tropis di dalam kepalaku kekurangan air, merana dan nyaris mati.

Tapi jika kelak gerimis atau hujan yang masuk ke dalam sumur-sumur resapan dapat menumbuhkan taman dan hutan-hutan tropis baru, yang bunga dan buahnya bisa dipetik semua orang, biarlah aku rela.

Jika sumur-sumur resapan bisa mendinginkan kotamu yang ringkih dan panas, biarlah aku rela.

Aku bisa keluar dari kepalaku untuk menikmati taman dan hutan yang membelah kotamu. Kita bisa duduk di  tengah alam yang asri, menyeduh bercangkir-cangkir kopi lalu bercerita tentang masa kini dan masa lalu.  

Setelah puas bercengkerama aku akan kembali ke dalam kepalaku lalu membuat sumur-sumur resapan yang sama. Siapa tahu hujan yang jatuh berderai-derai mau kembali mengalir ke dalam sana.

---

kota daeng, 29 November 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun