Berikut beberapa kebiasaan yang sudah saya lakukan selama ini untuk mengurangi jejak karbon pribadi:
Mengurangi penggunaan kendaraan untuk perjalanan jarak dekat. Untuk tujuan yang bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit berjalan kaki, misalnya ke warung, apotek atau minimarket terdekat, saya akan lebih memilih berjalan kaki dibanding mengendarai motor.
Begitu juga pada saat ada keperluan berbelanja di lebih dari satu toko yang berdekatan, saya memarkir motor di satu tempat saja, setelah itu berjalan kaki ke toko-toko lainnya. Selain untuk mengurangi emisi dari kendaraan bermotor, lebih sering berjalan kaki juga membuat badan lebih sehat.
Budaya Cashless. Membiasakan diri dengan transaksi keuangan cashless juga bisa menjadi aksi untuk mengurangi emisi. Selain lebih praktis dan lebih aman, budaya cashless juga mengurangi jejak karbon dari proses pengelolaan uang tunai mulai dari pencetakan, distribusi sampai pengumpulan kembali.
Pemanfaatan sampah plastik untuk Urban Farming. Beberapa bulan lalu saya memanfaatkan kembali sampah plastik botol air mineral (ukuran 1.500 ml) sebagai wadah bertanam sayur selada. Sampai dua kali panen saat itu.Â
Tidak banyak jumlahnya, tapi seru juga dilakoni untuk kegiatan mengisi waktu luang. Memanfaatkan sampah plastik untuk bercocok tanam, terutama untuk rumah dengan pekarangan sempit sebenarnya membawa manfaat ganda. Yang pertama, pemanfaatan kembali sampah plastik, yang kedua, membantu ketahanan pangan keluarga.
Jika dilakukan secara simultan, gerakan urban farming juga bisa memangkas emisi yang terjadi dari proses distribusi bahan pangan dari daerah rural ke perkotaan.
Membawa botol air minum sendiri. Kebiasaan lain yang sudah saya lakukan kurang lebih dua tahunan ini adalah membawa minuman sendiri, terutama jika ada tugas ke lapangan. Dengan demikian tidak perlu membeli air mineral kemasan lagi di luar. Manfaat dari kebiasaan ini selain untuk penghematan, membawa botol air sendiri juga bisa mengurangi produksi sampah plastik kita.
Aksi lewat tulisan. Sebagai blogger saya juga merasa harus ikut memberikan penyadaran kepada para pembaca. Berbagi lewat tulisan memang bukan aksi secara langsung, tapi memberi insight dan penyadaran juga adalah aksi yang tidak kalah pentingnya untuk mengubah pola pikir pembaca. Dengan insight yang benar, masyarakat akan menjadikan opsi peduli lingkungan sebagai hal yang harus dipertimbangkan pada setiap pengambilan keputusan.
Berikut beberapa contoh tulisan baik artikel maupun tulisan fiksi bertema lingkungan yang pernah saya tulis di Kompasiana: Less Plastic More Money, Â Simak 5 Kiat Climate Action di Lingkungan Kerja, Puisi: Jejak-jejak Karbon, Puisi: Jalan Kedua.