Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Wajah di Baliho

13 Agustus 2021   20:02 Diperbarui: 13 Agustus 2021   20:08 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari 9gag.com

Wajah di baliho nampak familiar. Baliho itu berdiri megah di sudut perempatan Tulip-Cempaka, dekat dengan kantor Dinas Pendapatan Kota. Anehnya, baliho itu baru berdiri dua hari ini, tapi wajah di baliho itu seperti sudah kukenal bertahun-tahun lamanya.

Setiap melintas di situ, aku kembali teringat pada wajah familiar itu. Aku pun mengulik galeri gawai dan scroll foto di lini masa media sosial. Siapa tahu wajah itu adalah wajah salah satu kawan lama yang sudah tidak pernah berjumpa lagi, atau bisa saja wajah salah satu klien yang pernah bekerjasama denganku bertahun-tahun yang lalu. Nihil.

Berhari-hari lamanya aku mencoba mengingat-ingatnya, membongkar setiap laci memori di kepala, tapi tidak kunjung menemukan jawabannya.

Sampai pada suatu malam yang gerah, aku tiba-tiba terbangun dari tidur. Saat itulah aku menemukan jawabannya. Wajah itu adalah wajah yang kerap muncul dalam mimpi burukku.

Untunglah di dalam mimpi, wajah itu hanya diam terpaku, seperti ikan frogfish yang sedang menunggu mangsa lewat.

Sedangkan wajah di baliho Tulip-Cempaka bertingkah aneh siang ini. Jika biasanya hanya menyeringai manis, siang ini dia terlihat mengunyah sesuatu. Ternyata yang dikunyah adalah wajahnya sendiri ... sampai habis tidak bersisa.

Keterkejutanku belum berakhir. Setelah menghabisi wajahnya sendiri, dia mengunyah lempengan baliho dari atas sampai ke tanah dekat trotoar. Papan baliho pun habis tidak bersisa.

Aku pikir wajah itu puas memakan dirinya sendiri, ternyata belum. Wajah itu terus mengunyah, memakan aspal jalanan dan trotoar. Masuk ke halaman kantor Dinas Pendapatan Kota dan memakan besi pagar, tiang bendera, pepohonan dan apapun yang menghalangi jalannya menuju ke bangunan kantor.

Aku bergidik ngeri, lalu mencubiti daging lenganku sendiri untuk mencari tahu ini benar-benar terjadi atau aku masih berada dalam mimpi. Wadow! Sakit rasanya. 

--- 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun