Latihan puluhan jam seminggu bertahun-tahun lamanya, sisi lain kehidupan yang harus dikorbankan demi fokus kepada prestasi, risiko kesehatan saat latihan (maupun tanding), Â belum lagi hal-hal non teknis yang seringkali harus dihadapi para atlet. Misalnya: cemoohan penonton atau lawan, pertandingan yang kurang fair, penolakan, intrik di tengah kompetisi, minim dukungan dari pemangku kepentingan dan sekian masalah lainnya.
Dibutuhkan persistensi, konsistensi bahkan pengorbanan yang besar untuk melewati semua tantangan tersebut.
Nah, ini yang kemudian melahirkan pertanyaan reflektif bagi kita sekalian. Jika bercita-cita menjadi atlet atau memiliki keinginan anak bercita-cita menjadi atlet, sudah siapkan kita dengan tantangan tersebut?
Sebagai contoh, orang tua Greysia sampai mengambil keputusan untuk pindah dari Manado ke Jakarta demi mendukung prestasi Greysia kecil, yang bakatnya sudah terlihat sejak usia 5 tahun.
Memang, dibutuhkan para orang tua yang rela berkorban dan siap menjawab tantangan-tantangan besar untuk melahirkan atlet-atlet gemilang berikutnya. (PG)