Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Lorong Gelap

4 Juli 2021   19:47 Diperbarui: 24 Juli 2021   23:02 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sedang berada dalam labirin dari lorong-lorong yang gelap. Cahaya di ujung belum nampak, sedangkan cahaya dari pelita sudah nyaris jadi titik penghabisan.

Mencekam. Siang sedang berjibaku dengan malam. Tiap detak jantung yang bergema di ambang stetoskop, tiap napas yang berhasil dihela ke kantong paru-paru, jadi taruhan.

Pilu sudah di ujung sepi. Keheningan membuat suara-suara kecil seperti isak dan derit roda ranjang pasien begitu dekat, seperti mendengar suara embusan napas sendiri. Kita hanya bisa saling menggenggam jemari karena wajah-wajah tertutup silam.

Mencekam. Kegelapan terus berusaha membunuh harapan. Jadi kita harus terus bergerak bersamanya meskipun tertatih dan terantuk berkali-kali pada tubuh-tubuh yang telah tumbang.

Kita sedang berada dalam labirin dari lorong-lorong yang gelap. Berpacu dengan waktu dan kewarasan, mendekap erat cold box yang harus segera dipertemukan dengan cahaya.

--- 

kota daeng, 4 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun