Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lip Service

29 Juni 2021   19:45 Diperbarui: 29 Juni 2021   20:00 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bibir dari freepik.com

"Bagaimana menurut Kang Parjo? Benar gak presiden kita hanya lip service?" tanya Gempal lagi.

Kang Parjo berpikir sejenak.

"Mas, kami ini hanya rakyat biasa, sudah bosan makan ... apa tadi? Lip service, dari para politisi. Nah, presiden itu juga kan bisa dibilang politisi. Jadi ya gitu. Tidak ada yang luar biasa, Mas," sahut Kang Parjo sambil merapikan maskernya.

"Tapi kan, presiden itu pemimpin bangsa, Kang. Seorang pemimpin kalau gak bisa dipegang ucapannya, bagaimana mau jadi pemimpin?" nada Gempal meninggi.

Kang Parjo tertawa.

"Kalau gitu selain menyalahkan presidennya, salahkan juga rakyat yang milih, Mas. Saya sih gak mau berpikir rumit-rumit, yang penting bisa dagang kayak gini, bisa nafkahi anak istri dengan baik, bisa beribadah dengan damai, itu sudah cukup. Rasanya naif sekali kalau mau percaya 100% janji politisi. Mikir yang rumit-rumit gitu biarlah jadi bagian Mas Gempal dan kawan-kawan."

Gempal tertegun. Ada benarnya juga kata-kata Kang Parjo barusan.

Saat itu ada pembeli, bocah 10 tahunan yang pesan 3 bungkus keripik singkong. Selagi Kang Parjo melayani pembeli, Gempal pun beringsut dari tempat duduknya, mengisi air putih dari dispenser dan menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Kang, makan siang tadi masuk daftar bon lagi ya, Kang?" ucapnya setelah pembeli meninggalkan warung. Wajah garangnya saat orasi tadi mulai berubah jadi wajah memelas.

"Loh, ..." Kang Parjo terkejut. "Bukannya minggu kemarin Mas bilang mau pelunasan hari ini?"

"Iya, Kang. Tapi ini uang bulanan belum ditransfer juga dari kampung. Ya Kang, ya, please..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun