Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Belatung

11 Maret 2021   20:29 Diperbarui: 11 Maret 2021   22:29 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari dreamstime.com

"Baunya memang sudah tidak sekuat tadi lagi, Pak, tapi masih tercium ini. Bapak tidak cium?" tanya Randu membaca raut bapak kos.

"Tidak kok. Tapi, ya, saya cek saja. Siapa tahu memang ada bangkai di atas sana. Ayo bantu pasang tangganya," sahut bapak kos.

Tangga dipasang di pojok barat kamar. Walaupun berperut buncit, bapak kos terlihat lincah memanjat tangga yang sudah ditegakkan. Pada anak tangga ke tiga dari atas, kepala bapak kos sudah menyentuh plafon. Dengan hati-hati dia mengangkat lembar tripleks dan menggesernya. Plafon di bagian itu memang tidak ditutup mati. Sengaja, biar mudah memeriksa atau memperbaiki kerusakan instalasi listrik jika terjadi.

Menggunakan lampu flash gawai dia menerangi seluruh pojok ruangan di atas plafon. Tapi selain lapisan debu dan beberapa jalur kabel listrik, di atas sana tidak ada apa-apa lagi. Bapak kos pun mengembalikan posisi lembar plafon lalu turun kembali sambil menggeleng ke arah Randu.

Randu mengernyitkan kening. Tapi dia tetap membantu bapak kos membereskan tangga.

"Tangganya biar disimpan di luar kamar saja dulu. Siapa tahu baunya dari plafon kamar yang lain," ucap bapak kos. Randu mengiyakan

---

Kamar kos di lantai dua berjumlah 5 kamar, dengan satu kamar mandi, satu toilet dan tempat mencuci yang digunakan bersama.

Setelah membereskan kamar yang tadi agak berantakan. Randu keluar kamar untuk mandi dan mengecek jemurannya. Lantai dua sedang sepi, karena teman-teman kosnya belum ada yang kembali dari menikmati libur.

Setelah mandi, tubuhnya segar kembali. Ajaibnya, aroma busuk di kamar juga sudah hilang entah ke mana.

Dia pun mengenakan pakaian, membuka laptop dan kamera, lalu melihat-lihat kembali hasil jepretannya sepanjang hari untuk memilah foto-foto itu. Foto yang bagus ditransfer ke hardisk laptop, yang kurang bagus dihapus. Beberapa foto yang dianggapnya terbaik, dipermak lagi dengan aplikasi, tapi biasanya sebatas menajamkan warna dan mengatur kontras saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun