Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Belatung

11 Maret 2021   20:29 Diperbarui: 11 Maret 2021   22:29 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari dreamstime.com

Bau busuk menyengat memenuhi udara di kamar kos Randu. Mahasiswa hukum semester 4 itu baru saja tiba setelah hampir seharian menghabiskan tanggal merah di kawasan pelabuhan tua untuk menyalurkan hobi fotografinya.

Dia nyaris muntah mencium aroma mirip bangkai yang tiba-tiba menonjok penciumannya. Refleks, dia mundur untuk membiarkan bau buruk itu larut dengan udara dari luar kamar. Untunglah kiat itu cukup membantu. Beberapa saat kemudian aroma busuk tersebut tidak terlalu menyengat lagi.

Randu menyalakan lampu kamar dan mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda-tanda penyebab bau di seluruh kamar berukuran 4 x 5 tersebut.

Randu meletakkan tas kameranya di atas tempat tidur dan cepat-cepat membuka jendela kamar yang terbuat dari kayu jati. Pemandangan dari lantai dua rumah kos tersebut mestinya cukup menawan. Matahari senja di ufuk barat kota sedang meninggalkan rona merah di langit. Tapi dengan aroma yang menusuk indra penciuman, Randu tidak bisa menikmati pemandangan itu dengan puas.

Hampir satu jam berikutnya dihabiskannya dengan menelisik seluruh kamar. Tidak ada titik yang luput dari pengamatannya. Kolong tempat tidur, belakang lemari, belakang meja belajar, seluruh isi lemari pakaian sudah dibongkarnya, bahkan laci-laci meja belajarnya juga dikeluarkan satu-satu, takut ada bangkai cicak yang terjepit di situ.

Tapi nihil.

Sekujur tubuhnya sudah bermandi peluh, tapi sumber aroma tidak sedap itu tidak juga ditemukan. Dia nyaris menyerah, sebelum tanpa sengaja menengadah memandang langit-langit kamar.

Jangan-jangan ada bangkai tikus di atas plafon, batinnya.

Dia ingat, salah satu petak plafon berbahan tripleks itu bisa dibuka dari bawah. Dia pun bergegas mengganti kaos hitamnya yang sudah basah kuyup dengan kaos yang lain, lalu keluar kamar untuk meminjam tangga dari bapak kos.

Tidak sampai 15 menit kemudian, Randu dan bapak kos muncul. Mereka masuk sambil menenteng tangga lipat. Bapak kos yang berusia kurang lebih 50-an tahun sudah mendengar cerita aroma aneh itu dari Randu. Jadi begitu sampai di dalam kamar dia mencoba mengendus. Awalnya pelan saja, takut aroma busuk itu juga akan membuatnya mual, tapi lama-lama gaya mengendusnya sudah mirip anjing pelacak. Tapi tidak ada aroma yang aneh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun