Kita akan terus menghitung
jiwa-jiwa yang pergi
dapur-dapur yang berhenti mengepul
neraca yang seimbang dan runtuh
ventilator yang dipakai dan dilepaskan
pabrik-pabrik yang menggulung tikarnya sendiri
kota-kota yang dikunci
dan detak jantung yang masih tersisa.
Kita akan berhenti berhitung
saat detak jam dan jantung ditelan sepi
saat neraca jadi kaligrafi di batu nisan
saat pabrik, rumah sakit, kota-kota, peradaban
dan semua yang bisa diterjemahkan menjadi statistik
telah jadi hitungan paripurna
bagi kita.
Jika saat itu tiba
apakah kita pun telah menghitung
jarak antara doa dan ikhtiar?
---
kota daeng, 5 Februari 2021