Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kecupan Pertama dan Kedua

3 Oktober 2020   19:09 Diperbarui: 3 Oktober 2020   19:17 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari pixabay.com

Kecupan pertama kujatuhkan di atas keningmu seperti embun yang jatuh dari daun pinus. Sejuk dan hangat sekaligus. Untuk sesaat semesta menjadi suatu noktah kecil di ujung mata yang terpejam.

Kamu mungkin sudah lupa rasanya. Ribuan detak jam dinding dan belasan kali kemarau membawa pergi sensasi cinta remaja. Nyaris tak ada yang tersisa.

Sampai kecupan kedua kulabuhkan di antara bibir delimamu. Seperti lebah yang menyesap madu di antara kelopak bunga. Untuk sesaat semesta menjadi suatu noktah kecil di ujung mata yang terpejam.

Tapi kali ini kemarau dan penghujan luruh. Tak ada lagi musim. Tak ada lagi detak jam dinding, bahkan detak jantung pun tidak. Semua berhenti bergerak.

Apakah kita telah mengecup kematian dan berada di surga?

Hangat matahari melelehkan malam. Embun berjatuhan dari pucuk-pucuk pinus. Kita pun membuka mata dan menyadari baru saja jatuh dalam racun nostalgia.

Ah, kamu harus segera kembali pada kehidupanmu sendiri. Aku juga.

---

kota daeng, 3 Oktober 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun