Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Beda Nasib Syekh Ali Jaber dan Pendeta Yeremia Zanambani

22 September 2020   20:25 Diperbarui: 22 September 2020   20:41 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syekh Ali Jaber dan Menkopolhukam, Moh Mahfud MD. Gambar dari nasional.kompas.com


Pada hari Minggu (13/9) telah terjadi kasus penusukan yang menimpa Syekh Ali Jaber saat sedang berceramah di Bandar Lampung. Untunglah, penusukan ini tidak sampai berakibat fatal pada Syekh Ali Jaber. Setelah dirawat beberapa hari, kondisi ulama kenamaan ini mulai membaik. Pelaku penusukan pun langsung ditangkap dan diproses kepolisian tidak lama berselang.

Sebagai bentuk perhatian pemerintah, menkopolhukam, Mahfud MD langsung beranjangsana dengan Syekh Ali Jaber paska peristiwa tersebut. Peristiwa penusukan ini bukan peristiwa biasa saja. Pejabat setingkat menko sampai turun tangan langsung untuk bertemu dengan korban. Pesan yang ditangkap rakyat adalah pemerintah memang tidak main-main terhadap kasus yang menimpa tokoh agama.

Kita pun bernapas lega karena kasus penusukan ini terkatung-katung karena respon "segera" dari pemerintah.

Hampir seminggu kemudian, tepatnya Sabtu (19/9) terjadi kasus penembakan yang menimpa tokoh agama lainnya yaitu Pendeta Yeremia Zanambani di kabupaten Intan Jaya, Papua. Berbeda dengan penyerangan yang menimpa Syekh Ali Jaber, peristiwa penembakan ini pada akhirnya menyebabkan kematian kepada Pendeta penerjemah Alkitab bahasa Moni tersebut.

Perbedaan lain antara dua kasus penyerangan terhadap tokoh agama ini adalah tindak lanjut terhadap pelaku penyerangan. Jika pada kasus Syekh Ali Jaber, pelaku dapat ditangkap dengan mudah, pada kasus Pendeta Yeremia Zanambani pelakunya sampai hari ini masih kabur alias belum jelas. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) melalui juru bicaranya, Sebby Sambon mengatakan korban tewas dibunuh aparat TNI. Sedangkan Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kol Czi IGN Suriasta menepis tuduhan tersebut dan mengatakan penembakan tersebut adalah ulah kelompok kriminal bersenjata atau KKB (kompas.com)

Sampai terjadi investigasi mendalam untuk menemukan bukti-bukti valid guna menguak kasus ini, tentu kita tidak boleh gegabah menjatuhkan vonis pihak mana yang benar dan mana yang berbohong. Apalagi kasus ini cukup sensitif karena terjadi di daerah konflik yang rawan digoreng ke mana-mana dan saat ini mendapat perhatian masyarakat luas.

Mungkin ini juga yang membuat pemerintah terlihat hati-hati mengambil sikap. Berbeda dengan respon sigap dan cepat pada kasus penyerangan terhadap Syekh Ali Jaber. Kali ini pemerintah nampak lebih selow, sehingga desakan untuk segera mengusut peristiwa ini muncul dari berbagai pihak. Di antaranya datang dari Solidaritas Kaum Profesional dan Intelektual Asli Kabupaten Intan Jaya, Amnesty Internasional Indonesia hingga DPR RI.

Memang sebaiknya pemerintah cq Kemenkopolhukam bergegas membuka lebar-lebar tabir kasus ini dengan segera membentuk tim independen atau menempuh langkah lain yang diperlukan. Jika tidak "segera", masyarakat bisa jadi menyimpulkan hal yang salah: karena peristiwa ini menimpa tokoh agama minoritas, maka pemerintah terlihat cuek saja. Pendapat seperti ini sudah muncul riak-riaknya di media sosial, apalagi beberapa waktu terakhir terjadi beberapa kasus intoleransi di beberapa wilayah tanah air.

Pandangan seperti ini dapat berimbas pada hal kontraproduktif lain seperti berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, rakyat menjadi cenderung apatis dan bahkan dapat berkembang pada sikap-sikap lain yang mengancam integrasi bangsa. Dengan bertindak cepat dan mengambil sikap tegas, pemerintah dapat menunjukkan bahwa negara memang tidak main-main dan pandang bulu dalam penegakkan hukum di wilayah NKRI.

Rest In Peace, Pendeta Yeremia Zanambani. Semoga kematianmu tidak menjadi kematian yang sia-sia.
 
---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun