Kita hanya menang dari negara Botswana (sayangnya saya belum menemukan studi serupa dalam waktu satu atau dua tahun ini). Mudah-mudahan setelah 4 tahun, peringkatnya sudah lebih baik.
Minat baca dan kemampuan membangun pikiran kritis cukup erat hubungannya. Jadi memang tidak usah heran jika kemudian kita juga masih punya PR besar dalam hal meningkatkan literasi digital masyarakat.
Saya percaya literasi digital (dan semua jenis-jenis pembelajaran lainnya) diawali dari rumah. Untuk meningkatkan tingkat literasi digital generasi mendatang, sebaiknya sejak awal kita sudah menanamkan kebiasaan membaca untuk anak-anak, dimulai dari diri sendiri tentu saja.
Selain itu, rajin-rajin membaca literatur mengenai literasi digital, masuk ke dalam komunitas anti-hoaks, mulai meluangkan waktu lebih banyak untuk membaca buku, jurnal atau artikel ilmiah bertema IT (atau tema-tema lainnya) adalah beberapa kiat sederhana untuk meningkatkan literasi digital kita.
Oh ya, aktif nge-blog juga bisa jadi kiat yang ampuh. Dengan menayangkan sebuah blog post kita pasti sudah belajar melakukan riset kecil-kecilan, juga mungkin belajar algoritma mesin pencari atau karakteristik media sosial tempat kita membagikan tautan artikel kita.
Jadi dengan aktif nge-blog kita sebenarnya sudah mengasah keempat kompetensi literasi digital ala Paul Gilster di atas.
Semoga bermanfaat (PG)