Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Wajah Malaikat Maut

13 Desember 2019   20:02 Diperbarui: 13 Desember 2019   19:58 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari scaryforkids.com

"Sepertinya saya harus pamit, Tuan. Sergio sudah menunggu sejak tadi."

"Sergio?"

"Ah, saya lupa bilang ya. Sopir keluarga kami."

Paolo mengangguk.

Keduanya kini sudah tak canggung lagi satu sama lain. Setelah berpamitan mereka saling mengecup pipi seperti sahabat lama yang akan berpisah.

Setelah menutup pintu, Paolo memandang sekali lagi lukisan wajah Lauren lalu melihat sekilas alamat yang ditulis di balik kartu namanya. Cukup jauh dari sini, batinnya. Dia menguap lebar. Rasa kantuk yang sangat baru terasa setelah berjam-jam menguras konsentrasi dan emosinya. Paolo pun meletakkan kartu nama itu di atas meja tamu dan menindisnya dengan vas bunga keramik.

Lampu-lampu dipadamkan dan dia segera masuk ke kamar tidurnya.

Dalam kegelapan, tiba-tiba muncul cahaya yang menyilaukan dari salah satu sudut ruang tamu. Cahaya itu lalu berubah menjadi api kecil, membakar habis kartu nama di atas meja menjadi serpihan-serpihan debu. Setelah api padam, ruangan menjadi gelap seperti semula.

Hampir jam sepuluh pagi, Paolo terbangun. Wajahnya sekusut piyamanya. Dia membuka lemari es, mengambil kotak susu segar dan menuang seluruh isinya ke dalam gelas kaca.

Sambil meneguk isi gelas dia berjalan ke studionya.

Gelas kaca tiba-tiba terlepas dari tangan Paolo. Tangannya bergetar. Matanya melotot memandang lukisan Lauren yang masih terpampang di atas easel. Tidak ada lagi wajah cantik rupawan di situ, berganti dengan wajah kejam dari dunia antah berantah. Bibir bergincu merah muda berganti bibir hitam berlumur darah beku, mata biru teduh berganti mata merah yang nyalang membuat rontok jantung siapapun yang memandangnya. Rambut kuning berganti dengan sepasang tanduk yang tinggi menjulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun