Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Era Perang Drone dan Ancamannya untuk Kemanusiaan

18 September 2019   21:05 Diperbarui: 19 September 2019   10:26 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar drone dari Getty Images via www.economist.com

Saat ini kita sudah sampai pada era di mana komputer akan semakin banyak berperan dalam berbagai aspek kehidupan kita termasuk dalam sistem pertahanan dan keamanan.

Hari Sabtu lalu (14/9) dunia dikejutkan oleh serangan drone ke fasilitas minyak Saudi Aramco di Arab Saudi. Serangan tersebut membuat Arab Saudi harus memangkas produksi minyaknya yang ikut berimbas kepada meningkatnya harga minyak dunia. 

Presiden Trump pun sudah menerbitkan izin untuk menggunakan cadangan minyak strategis mereka guna menunjang stabilitas stok minyak dunia.

Tapi saya tidak akan membahas "minyak" lebih jauh, karena kita ketahui bersama minyak bukan sekedar isu komoditas dan ekonomi tapi juga terkait dengan isu politik global.

Kita akan menyelisik lebih jauh mengenai keterlibatan drone dalam serangan ini. Ya, drone. Pesawat nirawak yang saat ini teknologinya terus dikembangkan negara-negara maju.

Memang, dengan desain dan teknologi yang tepat, drone bisa menjadi senjata yang sangat efektif untuk digunakan dalam peperangan. Dengan sistem autopilot dalam mengejar dan menyerang target misalnya, drone dapat meminimalkan peran manusia yang memiliki kemungkinan besar melakukan kesalahan. 

Selain itu, drone-drone yang sudah dilengkapi dengan sistem Artificial Intelligence (AI) yang mutakhir dapat mengenali targetnya (baik objek fisik maupun personal/individu) secara presisi sehingga dalam melakukan eksekusi penyerangan benar-benar tepat sasaran. 

Ini dapat meminimalkan kerusakan seperti yang ditimbulkan oleh penggunaan senjata fisik konvensional.

Masih ingat film "Spiderman: Far From Home" yang rilis belum lama ini? Walaupun genre film-nya science fiction, di film tersebut kita sudah bisa melihat dan membayangkan kiprah drone dalam perang di masa yang akan datang. 

Dalam film tersebut, ada adegan Peter Parker yang tanpa sengaja memanggil drone sehingga nyaris mengeksekusi mati salah satu teman sekolahnya yang usil. 

Ada juga adegan fight antara Spiderman dan ratusan drone yang ternyata jika serangannya dikonsolidasikan dapat membawa kerusakan yang begitu besar.

Jadi karena drone begitu efektif dalam melakukan serangan baik secara unit maupun dalam formasi grup, tidak mustahil pengembangan teknologi drone akan mendominasi kompetisi teknologi senjata pada perang-perang yang akan datang.

Karena itu tidak heran biaya pembuatan drone tergolong mahal. Sebagai contoh drone Predator buatan Amerika Serikat harganya sekitar Rp248 juta per unit. 

Drone Global Hawk milik Amerika Serikat yang ditembak jatuh oleh militer Iran bulan Juni lalu harganya malah sepuluh kali lipatnya, sampai 2,4 triliun Rupiah. 

Tapi harga ini cukup worth it mengingat kerja drone dapat meminimalkan penggunaan tenaga manusia dalam mengincar dan menyerang target, dengan demikian juga menekan risiko korban jiwa dari sisi pengguna drone, jika harus terjadi perang.

Saat ini kita sudah sampai pada era di mana komputer akan semakin banyak berperan dalam berbagai aspek kehidupan kita termasuk dalam sistem pertahanan dan keamanan. Alutsista, bahkan sampai strategi perang pun semakin tergantung pada algoritma dan pemrograman komputer. 

Mesin-mesin nirawak seperti drone menjadi pilihan yang masuk akal untuk meminimalkan sumber daya manusia dalam perang tetapi membawa hasil yang jauh lebih efektif.

Namun di sisi lain, mesin-mesin yang sudah ditanami AI termasuk drone, juga dapat menjadi ancaman baru bagi kita. Setelah diberi instruksi melalui pemrograman, mesin-mesin perang ini akan bergerak mematuhi algoritma yang diberikan kepadanya. 

Mereka tidak memiliki sisi humanis sehingga saat melakukan penyerangan, mereka akan beraksi tanpa ampun, tanpa mengenal diplomasi.

Bayangkan apa yang terjadi jika tiba-tiba mesin-mesin autopilot tersebut mengalami malfunction sehingga bertindak di luar instruksi? Korban dan kerusakan yang ditimbulkannya bisa jauh lebih besar. 

Bahaya lain terjadi jika sistem mesin-mesin perang tersebut berhasil diretas oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Bayangkan apa yang terjadi jika drone ini diambil alih oleh pihak-pihak yang ingin menggunakannya untuk tujuan destruktif? 

Misalnya jatuh ke tangan teroris dan digunakan untuk menciptakan kekacauan yang lebih besar. Pada titik ini, mesin perang seperti drone menjadi ancaman yang lebih besar bagi kemanusiaan dan peradaban kita.

Jadi kesimpulannya, teknologi apapun selalu memiliki sifat seperti pisau bermata dua. Di satu sisi jika digunakan dengan tepat dapat membawa manfaat yang besar bagi kehidupan umat manusia. 

Di sisi lain, jika disalahgunakan atau digunakan untuk tujuan negatif dapat membawa kerusakan yang besar bagi kehidupan manusia. (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun