Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan Meleleh

11 Februari 2019   21:12 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://kr.123rf.com

Hujan meleleh
tapi api yang membakar hati tak kunjung mati
pun sentuhan dan pelukan
yang mestinya menyejukkan.
Bulir-bulir air merias kaca restoran
dan untuk aku kamu sudah berdandan.

Pertemuan ini mestinya menyenangkan.

Hujan meleleh
tapi lelakimu masih setia menunggu
di bawah payung hitam
dan bulir air yang merias kaca restoran
lalu api yang membakar hati belum berhenti.

Akhirnya di sinilah kita
mengucapkan perpisahan dengan senyuman
lalu menghapus kisah kita dengan pelukan.

Seiring kepergianmu
hujan terus meleleh
membasahi kaca restoran
dan pipi yang kehilangan sentuhan.

--- 


kota daeng, 11 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun