Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Kehilangan di Istana Santa Claus

25 Desember 2014   19:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:28 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14195067971474598850

[caption id="attachment_385964" align="aligncenter" width="580" caption="Photo by Anastasia Mangindaan"][/caption]

23 Desember

Setiap Natal Santa Claus membagi-bagikan mainan kepada anak-anak di seluruh dunia. Para kurcaci dan peri yang tinggal dalam Istana Es milik Santa pun terlihat bertambah sibuk pada bulan Desember seperti ini. Pekerjaan para kurcaci pembuat mainan bertambah hampir dua kali lipat. Begitu pula dengan para peri pengawas yang memantau anak-anak di seluruh dunia.

Dua hari lagi Natal sehingga kesibukan para kurcaci dalam pabrik mainan mencapai puncaknya. Jauh di bawah permukaan salju, dalam ruang bawah tanah Istana Es yang lebih hangat, puluhan kurcaci bekerja giat tanpa henti. Merancang mainan, mengecat, merakitnya sampai terbentuk mainan baru yang indah seperti mobil-mobilan, boneka kayu, pesawat terbang, boneka lucu, lonceng dan lain-lain.

Di ruangan sebelahnya puluhan kurcaci lainnya bekerja menyortir dan mengepak mainan-mainan itu. Conveyor-conveyor berbagai ukuran, tersusun melintang sepanjang ruangan dengan rapi, semuanya bergerak membawa mainan-mainan dari pabrik sebelah menuju pos para kurcaci penyortir dan pengepak.

Kendati hari-hari terakhir ini semua bekerja keras, tidak ada sedikitpun tanda-tanda kelelahan di wajah mereka. Agar terus bersemangat, para kurcaci bercanda satu sama lain dan sesekali bernyanyi bersama sambil terus bekerja. Semua bergembira karena mereka ingin membuat anak-anak sedunia ikut merasakan sukacita Natal melalui pekerjaan mereka.

Tiba-tiba seluruh kesibukan itu berhenti sejenak saat suara terompet berbunyi panjang. Para kurcaci mendengar seksama nada terompetnya. Itu bunyi terompet inspeksi, artinya tak lama lagi Santa Claus  akan turun memeriksa pekerjaan mereka. Sontak kehebohan baru terjadi. Semua kurcaci tahu, Santa memiliki sepasang mata yang tajam. Dia langsung tahu kalau ada yang keliru pada mainan-mainan yang mereka buat. Sebuah sekrup yang hilang pun bisa diketahuinya dengan mudah.

“Doug, sudah aku bilang jangan beri warna merah pada rambut bonekanya!” seru seorang kurcaci.

“Astaga! Aku lupa memasang kaca jendela pada mobil-mobilan terakhir tadi!!!” seru seorang kurcaci di tempat lain.

“Hei genduut!! Jangan taruh kopimu di kepalaku,” seru yang lain.

“Ups… sorry…”

Sementara itu kehebohan yang sama terjadi di ruangan penyortiran dan pengepakan mainan.

“Heeeii…. Siapa yang bertugas di conveyor 22?! Lihat boneka kelincinya berjatuhan….!!” seru kurcaci supervisor.

“Ampuunn, conveyor nomor 60 macet lagi…. “

“Bos besar akan turun kenapa kamu lambat sekali?”

Sorry, aku buang air besar terus dari tadi…”

“Conveyor nomor 12 overloading? Siapa yang menaruh kursi roda jati di situ?”

Begitulah semua jadi heboh. Padahal sekalipun teliti dan awas, Santa Claus adalah kakek paling ramah sedunia. Dia tidak pernah menyakiti hati siapapun.

Tak lama kemudian, orang yang ditunggu-tunggu berjalan keluar lift menuju ke ruang kerja para kurcaci. Janggut putih panjangnya melambai-lambai ditiup pengatur udara, seirama dengan gerak perutnya yang tambun. Sekalipun seluruh rambutnya memutih dan bertubuh besar, Santa masih terlihat sehat dan lincah. Senyumnya yang hangat tidak pernah berhenti tersungging. Di belakangnya nampak Walt, kurcaci tukang catat sekaligus asisten pribadi mengikutinya dengan setia.

Kini Santa memasuki pabrik pembuat mainan, sambil memandangi mainan-mainan yang sudah menumpuk hampir menyentuh langit-langit ruangan. Santa memanggil supervisor pembuat mainan.

“Arthur, masih berapa mainan lagi yang harus diselesaikan?”

Kurcaci berbaju merah bernama Arthur itu membalik-balik beberapa perkamennya lalu menjawab cepat, “Totalnya masih 14.568 lagi, bos. Kami tidak akan lewat dari target, semua sudah selesai pada besok tengah hari.”

“Kerja bagus, Arthur. Lanjutkan….,” Santa dan Walt kemudian berjalan menyusuri aula yang besar, melewati koridor-koridor yang terbentuk dari tumpukan mainan. Kurcaci-kurcaci pembuat mainan sigap meladeni setiap pertanyaannya. Beberapa kurcaci baru masih nampak gugup, begitu Santa mendekati pos kerja mereka. Dengan ramah Santa mengoreksi beberapa pekerjaan yang salah.

“Rufus, cat hijaunya terlalu kental…,”

“Alfred, sepertinya bukan ide baik meletakkan pin elang di dada boneka panda,…”

Well Doris,… ada perkembangan. Kali ini kamu hafal susunan sekrup robot prajurit ini…,”

Lalu di salah satu pos pembuat mainan terbang Santa berbisik kepada Walt…

“…dia anak baru ya? Siapa namanya?”

Walt balas berbisik. Santa mengangguk lalu menghampiri seorang kurcaci yang nampak bingung dengan sayap pesawat terbang mainannya.

“Simon, coba buat sayapnya dari kayu Elm….”

“Oh, ya maaf, Santa. Akan segera kuperbaiki…,”

Begitulah, setelah puas berkeliling di pabrik pembuatan mainan. Santa beranjak ke ruangan besar di  sebelahnya, tempat penyortiran dan pengepakan mainan. Begitu masuk, Santa langsung disambut Stan kurcaci supervisor ruang pengepakan. Stan melaporkan pekerjaan mereka hari ini.

“….. hadiah-hadiah untuk kawasan 1 dan 2 sudah selesai dikemas. Target kerja pagi ini adalah kawasan 3, 4, dan 5. Ada beberapa conveyor yang butuh perbaikan segera.”

“…oh, cepat hubungi kurcaci teknisi,” sahut Santa.

“Sudah, bos. Salah satunya ulah kurcaci baru di bagian sortir. Dia meletakkan kuda-kuda kayu seberat anak gajah di conveyor 16 yang biasa digunakan untk mengangkut boneka.”

“…hmm. Kalau begitu sekalian suruh teknisi mengganti conveyor 16 dengan conveyor yang lebih kuat agar bisa memuat sepuluh ekor anak gajah sekaligus. Dua hari lagi Natal, jadi pastikan besok malam seluruh hadiah selesai dikemas.”

“Baik, bos….”

24 Desember

Malam ini langit begitu cerah. Gugusan bintang terlihat jelas dari kutub utara. Padahal sepanjang siang tadi, salju terus berjatuhan dari langit. Sepertinya cuaca pun berpihak pada Santa Claus malam ini. Sebentar lagi dia akan menjelajahi planet bumi untuk membagikan mainan kepada anak-anak.

Di stasiun tinggal landas, kereta dan rombongan rusa terbang penarik kereta telah siap. Seluruh hadiah telah dimuat di gerbong kereta masing-masing. Santa Claus juga telah siap dengan pakaian kebesarannya, baju dan topi hangat merah menyala. Dia saat ini sedang mengecek persiapan terakhir sebelum berangkat mengantarkan hadiah ke seluruh penjuru dunia.

Setumpuk perkamen tebal di tangannya dibaca secara teliti saat menginspeksi setiap gerbong kereta yang telah padat dengan mainan. Stan, kurcaci supervisor divisi pengepakan membantunya melakukan pengecekan. Stan membacakan jumlah mainan di setiap gerbong kereta, dan Santa mencocokannya dengan perkamen pemesanan di tangannya.

“Sekarang gerbong ke 11 dan 12 untuk anak-anak di kawasan 23, hmm Asia Selatan…. Berapa mainan di gerbong ke-11, Stan…,”

“4.312 hadiah, bos….”

Santa mengamati perkamen di depannya lekat-lekat.

“4.312… yap. Bagus, Stan. Sesuai… Bagaimana dengan gerbong ke-12?”

“4.762 hadiah…”

“Oke… Gerbong 13 dan 14 beres. Satukan dengan gerbong lain…”

“Baik bos..”

Well, sekarang gerbong terakhir, gerbong 15 dan 16…. Untuk anak-anak di kawasan 24.”

“Ya, bos Gerbong 15 totalnya 5.112 hadiah….”

“Cocok…. Gerbong 16??”

“Gerbong 16… 4.727 hadiah…”

Santa mengernyitkan keningnya.

“Berapa??”

Stan menyebut sekali lagi “4.727 hadiah…”

Well, mestinya ada 4.728 hadiah. Di perkamen pemesanan tertera seperti itu..”

Wajah Stan memutih, pertanda terkejut. Kurcaci penghitung yang membantunya mengepak mainan-mainan ke dalam karung-karung raksasa dalam setiap gerbong adalah kurcaci paling teliti sejagad raya. Mereka tidak mungkin salah menghitung.

“Ada yang salah..,” ucapnya. “Ada satu mainan yang hilang.. Apa dicuri??!!” tuturnya lagi sebelum berseru nyaring.,, “Bunyikan terompet kehilangann!!! Ada mainan yang hilang!!”

Tak lama kemudian, suara terompet bergaung nyaring memenuhi seluruh istana. Semua penghuni istana terkejut. Santa mau mengucapkan sesuatu pada Stan tapi Stan terlanjur berteriak lagi,

“Periksa celah setiap conveyor, siapa tahu tersangkut…!!,” kurcaci-kurcaci pengepakan yang tertinggal pun berhamburan menuju ke pos masing-masing.

“Stan….,” panggil Santa.

“…..periksa juga bengkel kerja setiap kurcaci, ruang makan, halaman….”

“….Stan..”

“…juga periksa loker setiap kurcaci..”

“….Staaaaann!!!!!” teriak Santa.

“Oh, maaf bos. Saya sampai lupa pada anda, saya khawatir sekali.”

Mainan apa yang hilang?!”

Ups! Stan tercengang….

“Iya, ya. Saya juga belum tahu, bos. Dengan berat hati, kita harus menghitungnya kembali...”

Mereka lalu membawa seluruh isi gerbong 16 dan membongkarnya di aula ruang pengepakan, untuk mengecek mainan apa yang hilang. Dengan cepat Santa membandingkan seluruh mainan dan perkamen ordernya. Beberapa kali dia membalik sejumlah mainan yang tertumpuk di depannya. Berkat matanya yang jeli, tidak butuh waktu lama untuk mengetahui mainan apa yang hilang.

“……sebuah mobil-mobilan volkwagen hitam dari kayu pinus,” seru Santa gembira.

“Cepat cari dimana mobil-mobilan itu!” seru Stan lagi.

Tapi seluruh kurcaci yang bergerak mencari kembali dengan tangan kosong.

“Panggil para kurcaci pembuat mobil-mobilan, buat mainan yang baru….,” kata Santa.

Stan melirik Arthur kurcaci supervisor pembuat mainan. Arthur tertunduk takut,

“Dengan segala hormat, bos. Stok kayu di gudang sudah kosong…..,” ucapnya takut-takut. “Ba… bagaimana kalau mainannya kita ganti….”

Santa berpikir sebentar.

“Tidak boleh ada anak yang kecewa, Arthur. Hmm….. berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari bahan baku dan membuat mobil-mobilan itu? Kerahkan sebanyak mungkin kurcaci. Aku akan meminta peri untuk membantu…”

Well, aku rasa butuh waktu 40 menit, bos…”

Santa berbinar.

“Aku bisa menunggu. Ayo bergerak sekarang! Semua anak harus bergembira Natal ini….”

Arthur dan Stan pun langsung beranjak, memberi instruksi kepada kurcaci-kurcaci lainnya.

“Tungguu….!!!,” gema suara kurcaci kecil memenuhi aula itu. Yang lain langsung berhenti dan mencari asal suara itu.

“Tunggu….!!,” seorang kurcaci kecil berlari-lari dari arah pintu selatan aula. Topi hijaunya yang lancip bergoyang-goyang mengikuti irama kakinya. Kurcaci itu mengacungkan tangannya tinggi-tinggi, disitu ada sebuah mobil-mobilan hitam.

Begitu sampai, dia langsung menyerahkan mobil-mobilan itu ke tangan Santa.

“Albert, dimana kamu menemukannya?” tanya Santa. Kurcaci-kurcaci lainnya juga berpikiran sama. Mereka sudah menelisik sampai ke sudut-sudut istana tapi tidak menemukan mainan hilang itu.

“Aku… aku minta maaf sebesar-besarnya. Tadi aku mengambilanya dari ruang pengepakan. Aku lupa memasang jendela kaca mobil-mobilannya. Tapi sekarang kacanya sudah kelar.”

Arthur maju ke depan dan menghardik kurcaci bernama Albert itu.

“Tidak tahukah kamu apa akibat dari keteledoran kamu ini? Lihat, Santa sudah terlambat dari jadwal semula!”

“Sekali lagi maaf. Aku… hanya ingin anak yang menerimanya senang…..”

“Baiklah. Tapi kamu juga pasti tahu apa hukuman dari keteledoran kamu ini?”

Albert mengangguk sedih.

“Aku tahu hukumannya. Tidak boleh makan permen cokelat selama sebulan, tidak boleh melakukan permainan apapun selama satu minggu, membantu Grap mencuci piring selama sebulan, membantu Sierra memanen jamur selama seminggu dan tidak boleh menonton TV selama dua minggu. Aku… aku pantas menerimanya…..”

Arthur mengangguk, “Baiklah. Jadi tidak ada lagi yang perlu dijelaskan…”

“Sst…. Sst…, Arthur, sudahlah…” Santa menengahi mereka, lalu merangkul Albert. “Albert sudah berbesar hati mengakui kesalahannya. Sekalipun dia sudah membuat kita semua panik, aku senang karena dia sudah menyelamatkan aku dari perasaan kecewa seorang anak yang mainannya tidak sempurna.  Albert bisa saja tidak peduli, dan tidak akan ada yang menyalahkannya. Tapi dia dengan tulus memperbaiki kembali kesalahannya dan dengan berani menanggung hukumannya.”

Kurcaci-kurcaci lain mengangguk kecil membenarkan ucapan Santa.

“Jadi….., “ Santa lalu menatap Albert lekat-lekat. “… aku akan menggunakan hak pengampunan tahun ini dengan menghapus hukuman yang akan diterima Albert,”

Albert menatap tak percaya. Santa lalu berbisik kepada Walt, “Apa kita sudah punya kurcaci terbaik tahun ini?”

Walt menggeleng.

“….. dan menobatkan Albert sebagai kurcaci terbaik tahun ini….!!”

Hening sejenak, lalu ruangan besar itu serasa pecah oleh gemuruh tepuk tangan dan sukacita kurcaci-kurcaci lainnya. Semua gembira karena penghargaan itu. Arthur segera memeluk Albert yang masih terkejut dan tak percaya dengan semua yang baru dialaminya.

“Selamat, nak. Kamu jadi kurcaci terbaik tahun ini. Ini penghargaan luar biasa…..!!” Arthur lalu memberi kode kepada Stan untuk mengatur segala sesuatunya.

Stan pun berteriak kencang-kencang untuk mengalahkan riuhnya suasana sukacita itu.

“Kurcaci perias dan fotografer cepat dandani Albert dan ambil gambar terbaik!! Doug dan Palmer, siapkan satu pigura lagi di ruang galeri, kita akan memajang foto kurcaci terbaik tahun ini….!!!”

Santa lalu meminta para kurcaci lainnya untuk segera mengepak kembali hadiah-hadiah di depan mereka dan memuatnya pada gerbong kereta nomor 16.

“Sudah waktunya kita berangkat….. Walt, pastikan Rudolf dan rusa-rusa lainnya sudah menikmati makan malam mereka. Kita akan melakukan perjalanan panjang malam ini….”

Tak lama kemudian, Rombongan rusa terbang yang membawa Santa Claus dan gerbong-gerbong kereta sarat mainan untuk anak-anak di seluruh dunia terbang meninggalkan Istana Es. Dengan gembira Santa memberi instruksi arah terbang kepada rusa-rusa di depannya. Bayangan rombongan kereta rusa itu nampak jelas berlatar bulan purnama di langit malam. Sebentar lagi anak-anak yang tengah bermimpi akan bangun dengan gembira menyambut hadiah Natal mereka.   (PG)

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun