Dulu saya berpikir tidak bisa menulis. Â Di depan layar kosong, Â pikiran saya biasa nya juga ikut ngeblank. Saya tidak tahu mau menulis apa. Akhirnya sejam berlalu, layar tetap tak ada tulisannya.Â
Sekarang sudah tidak terasa, saya menulis artikel yang ke 11. Sejak tantangan hari 1 dimulai, menulis sudah menjadi bagian dari keseharian saya. Â Kenapa bisa begitu?Â
Mungkin karena tidak terlalu banyak yang dipikirkan. Saat ini saya menulis apa saja yang ada dalam pikiran tanpa memilih mana yang harus ditulis atau dibuang. Â Semuanya saya tulis.Â
Pagi tadi saya mengunjungi beberapa rumah siswa karena minggu depan pendaftaran ke SMP sudah dibuka. Di musim pandemi ini tidak mungkin saya menyuruh mereka datang ke sekolah. Karena itu, Â terpaksa saya datangi rumah mereka satu per satu.
Ada satu rumah yang membuat saya tertarik. Kebetulan saya naik kendaraan roda dua. Tiba saat saya menghadapi jalan yang terjal, Â berliku dan punya medan menurun ekstrim. Saya mencoba memaksa turun karena rumah nya terletak di bawah. Â Karena jalan licin akhirnya di tengah turunan saya terjatuh dari motor.Â
Mungkin karena ketakutan terhadap jalan menurun membuat saya terjatuh. Akan tetapi, Â saya kemudian ditolong oleh warga yang lewat. Sungguh luar biasa warga disini, Â melewati jalan yang seperti sirotol mustaqim (karena hampir susah saya lewati) , dengan berani. Â Pikir saya, Â jawab nya "mungkin karena terbiasa".
Terbiasa itu lah yang membuat saya terus menulis di kompasiana ini. Sembari menulis saya belajar sesuatu untuk tulisan saya. Itu lebih baik daripada belajar terus tapi tak pernah menulis. Kegiatan menulis memang agak sulit pertama kali. Â Tapi setelah terbiasa, Â kita akan menjadi seperti warga yang di ceritakan tadi. Menulis dengan ide segar yang terus mengalir.Â
Dan selain terbiasa, Â tentunya menulis menyehatkan jiwa. Saya sudah mencoba. Â Sekarang giliran anda!Â