Mohon tunggu...
Philipus Dellian Agus Raharjo
Philipus Dellian Agus Raharjo Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang ingin menjadi kawan seperjalanan anda.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Abu Vulkanik Kelud "Vs" Abu Vulkanik Merapi

16 Februari 2014   19:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai kepulauan yang dilimpahi dengan gunung api, tidak mengherankan bila nenek moyang kita banyak membangun candi. Setiap kali erupsi, gunung api menyediakan material yang digunakan untuk membangun candi begitu melimpah. Akan tetapi gunung api yang menjadi sumber material bangunan candi adalah juga sumber kerusakan candi-candi yang ada di Indonesia, terutama di Jawa.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh gunung api terhadap candi dapat berasal dari gempa vulkanik, dapat pula berasal dari abu vulkanik. Kerusakan karena gempa dapat dilihat seketika. Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh abu vulkanik memerlukan waktu relatif lama.

Belajar dari kerusakan akibat erupsi Merapi tahun 2010, maka bagian-bagian candi yang terpapar abu vulkanik segera ditutup menggunakan tarpaulin (terpal), ataupun dengan plastik. Hal ini dilakukan untuk mencegah abu vulkanik – yang bersifat asam, merusak batuan candi.

Sejak Sabtu, 15 Februari kemarin KOMPAS menurunkan berita berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Kelud terhadap kompleks percandian di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Satu artikel pada hari ini, Minggu, 16 Februari, pada halaman 11, berjudul “Bersihkan Candi 10 Hari – Kawasan Candi Tertutup untuk Wisatawan” cukup menggelitik benak saya. Pada kolom 3 dan 4 artikel disebutkan tentang derajat keasaman abu vulkanik. Dikatakan, bahwa “… abu dari erupsi Gunung Kelud yang menempel di Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Prambanan memiliki pH 5 hingga pH 6, lebih tinggi daripada kadar keasaman abu dari erupsi Gunung Merapi yang berkisar 3-4.” Pada gambar, tulisan yang saya maksud saya beri garis bawah kuning.

Kalimat tersebut menyesatkan. Sebagaimana dipelajari dalam ilmu kimia, semakin kecil angka yang ditunjukkan oleh derajat keasaman (pH), semakin tinggi keasamannya. Jadi kadar keasaman abu vulkanik Gunung Merapi lebih tinggi dari pada Gunung Kelud.

Pembaca KOMPAS tidak tahu persis di mana dimulainya, sehingga tulisan yang keliru tersebut dapat muncul. Bisa karena reporternya sewaktu meliput dan menulis berita, bisa juga karena editornya kurang teliti. Dari artikel diketahui, reporter mendapatkan angka-angka tersebut dari Balai Konservasi Borobudur. Apakah simpulan mengenai pH abu vulkanik Gunung Kelud lebih tinggi daripada abu vulkanik Gunung Merapi berasal dari sana? Bisa jadi juga.

Dalam artikel yang dimuat KOMPAS pada hari Sabtu, 15 Februari, halaman 12 yang berjudul “Sejumlah Candi Ditutup – Mencegah Kerusakan akibat Erupsi Gunung Kelud” hal yang berkaitan dengan derajat keasaman (pH) abu vulkanik sudah ditulis benar.” … abu Gunung Kelud yang menutupi candi tidak bersifat sangat korosif seperti abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi pada 2010. Abu Gunung Kelud memiliki kadar asam rendah, yaitu pH 5-6 sehingga tidak berbahaya untuk kelapukan batu, bandingkan dengan abu Merapi yang asam dengan pH 3-4”. Pada gambar, kalimat yang saya maksud saya beri garis bawah kuning. Menariknya satu dari dua atau tiga reporter yang meliput kedua berita tersebut adalah reporter yang sama (saya beri garis bawah merah).

14289942071488336376
14289942071488336376

Lebih menarik lagi adalah pernyataan dari Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Subandriyo yang dimuat KOMPAS, Sabtu, 15 Februari, halaman 15 yang merupakan sambungan dari halaman 1, artikel berjudul “Erupsi Kelud – Selimut Abu hingga 700 Kilometer”. Di situ dikatakan, bahwa “Dari karakternya, material vulkanik Kelud berbeda dengan Merapi. Kelud cenderung memiliki keasaman tinggi magmanya sehingga materialnya lebih halus,” ujarnya.”

14289943901267781287
14289943901267781287

Jadi abu vulkanik manakah yang lebih asam, Kelud atau Merapi? Saya juga jadi bertanya-tanya, apakah memang derajat keasaman magma sebuah gunung (bisa) berbeda dari kadar keasaman abu vulkanik yang disemburkan? Saya mohon pencerahan dari Anda, para Kompasianer yang mendalami vulkanologi.

Bukan tidak mungkin guru akan menugaskan kepada murid-muridnya untuk membuat kliping artikel yang berkaitan dengan erupsi Gunung Kelud. Jika apa yang disampaikan dalam artikel tidak benar, maka anak-anak itu akan mendapat informasi yang keliru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun