Toni hanya bisa menyesal. Mengapa tali collar anjing itu tidak ia pegang kuat-kuat?
. . . . . . . .
Tiga hari berlalu, bel rumah berbunyi. Seorang gadis seumuran Toni berdiri di depan pintu. Betty di kakinya, berputar-putar sambil mengibaskan ekor.Â
Toni senang bukan kepalang. Dipeluknya anjing dari masa kecilnya itu. Air liur tidak ia pedulikan.
Tiba giliran berterima kasih. Mereka berkenalan. Gadis itu bernama Shery.
Setelah perjumpaan pertama, Toni dan Shery sering berjalan berdua. Dan, seperti roman picisan dalam novel-novel teenlite, akhirnya mereka berpacaran.
Toni menyukai Shery yang cerdas, spontan, dan lucu. Shery menyukai Toni yang ramah, bertanggung jawab, dan penyayang binatang.Â
Masing-masing merasa menemukan pasangan yang sempurna.
. . . . . . . .
Suatu hari, Toni hendak menjemput kekasihnya. Citycar yang baru dikreditnya dipacu dengan hati-hati.Â
Sial, di persimpangan dekat grosir Andi, sebuah bus kota menghantam dari sebelah kiri. Lampu merah dilanggar.