Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Emansipasi Wanita dalam Narasi Kebangkitan

22 April 2019   16:22 Diperbarui: 22 April 2019   17:41 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber https://theprayinglife.com 

Emansipasi Yudisial dalam Peristiwa Kebangkitan

Dalam peradaban Timur Dekat Kuno abad pertama, secara umum kaum perempuan menempati posisi yang sangat rendah dalam hierarki sosial. Mereka dianggap warganegara kelas kesekian. Tidak terkecuali dalam masyarakat Yahudi.

 Ada banyak anekdot atau ajaran yang mendiskreditkan perempuan. Terkait pendidikan agama, misalnya, dikatakan, "Lebih baik hukum Taurat dibakar daripada diberikan kepada perempuan". Terkait keunggulan anak laki-laki, diajarkan doa, "Diberkatilah dia yang memiliki anak laki-laki; celakalah bila anaknya perempuan."

Dalam ranah hukum, kesaksian dari seorang perempuan tidak diterima. Perkataan kaum perempuan dianggap tidak berotoritas sehingga tidak diizinkan menjadi saksi di pengadilan.

Maka, menemukan sejumlah nama perempuan di dalam narasi Kebangkitan dirasa ganjil. Tidak kurang Maria Magdalena, Maria ibu Yesus, Yohana, Susana, dan Salome disebut oleh kitab-kitab Injil sebagai saksi-saksi atas Kebangkitan Kristus. Merekalah yang pertama-tama menemukan bahwa makam Yesus menganga dan kosong.

Dengan mencatut nama-nama mereka, para penulis Injil mengambil resiko yang besar. Bisa saja orang-orang membaca laporan mereka dengan skeptis, sebab mereka tidak memercayai kesaksian kaum Hawa. Dengan demikian, laporan mereka dianggap hoaks.

Namun, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes tetap berkata apa adanya. Mereka setia kepada fakta dan tidak berusaha memoles kebenaran. 

Kepada orang-orang Kristen diajarkan bahwa kaum perempuan memiliki hak untuk bersaksi. Pemuliaan ini selaras dengan sejumlah perlakuan Yesus terhadap kaum perempuan. Ia pernah melepaskan seorang perempuan dari aksi persekusi; Ia menyembuhkan Maria Magdalena dari kerasukan tujuh setan; Ia menghidupkan kembali anak semata wayang seorang janda.

Tidak mengherankan bahwa banyak perempuan kemudian terlibat dalam administrasi dan kepemimpinan gereja mula-mula. Ada Apfia di Kolose, Priskila di Asia Kecil, Lidia, pedagang kain ungu dari Tiatira, Nimfa di Laodikia. Mereka diberikan kesempatan yang sama untuk memimpin dan melayani jemaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun