Dalam narasi ini Allah digambarkan sebagai tokoh utama yaitu sebagai pencipta. Narasi ini bukan tentang manusia yang diciptakan melainkan Allah yang menciptakan.
Tidak hanya berdasarkan fakta-fakta sejarah yang diturunkan secara oral, Musa sendiri adalah instrumen yang dipakai Allah untuk mencatat narasi penciptaan bagi seluruh manusia. Â
Roh Kudus melakukan pekerjaan-Nya melalui Musa dan menjadi penyebab utama bagaimana Musa mampu menuliskan narasi penciptaan itu di awal kitab Kejadian. Â
Dalam suratnya yang kedua Petrus mengatakan, "Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (II Petrus 1:20-21). Â
Agar Musa dapat mengerti narasi penciptaan seperti apa yang harus ia catat sesuai kehendak Allah, maka Allah sendiri yang bekerja mengiluminasikan kehendak-Nya dalam hati Musa.Â
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan terbukti bahwa Musa yang menuliskan narasi penciptaan. Â Bukan lagi sekedar anggapan bahwa Musa yang menuliskan narasi penciptaan dalam Kejadian 1. Â
Korelasi antara kitab Kejadian dengan keempat kitab Pentateukh lainnya menunjukkan kesinambungan antara narasi satu dengan narasi lainnya. Â
Selain itu, kesaksian dari Yesus sendiri dalam Perjanjian Baru dan tradisi orang Yahudi dengan jelas mengakui bahwa memang Musa yang menulis narasi penciptaan yang terdapat dalam kitab Kejadian yang juga adalah kitab Pentateukh. Â
Meskipun Musa tidak melihat sendiri bagaimana bumi dan isinya diciptakan oleh Allah, Musa dapat menuliskan narasi penciptaan melalui tradisi oral dari bapa-bapa leluhur bangsa Israel yang menurunkan narasi penciptaan kepada keturunannya. Â
Selain itu, tidak terlepas dari kuasa Ilahi Allah Roh Kudus yang bekerja mengiluminasikan kebenaran-kebenaran dalam narasi penciptaan.Â