Setelah mendaki bebatuan sekitar 2 jam akhirnya kamipun sampai dibibir puncak berupa dinding batu. Disini yang baru sampai hanya aku dan 2 orang yang dari Jakarta. Sementara 2 orang temanku yaitu Faiqi dan Parto serta 1 orang tim dari Jakarta yang bernama Hendra belum sampai bibir puncak. Kamipun menunggu mereka. Sudah lebih 30 menit mereka tidak terlihat. Akhirnya kamipun sepakat untuk ke Puncak Slamet yang berada tepat diatas dinding-dinding bibir puncak ini. Setibanya kami di Puncak Slamet angin berhembus sangat kencang. Hingga untuk berdiripun kami tak sanggup. Akhirnya kami berjongkok dan berlindung dibalik batu besar yang ada disitu. Saat yang bersamaan ada pendaki dari Surabaya yang bersama kami berlindung dari terpaan badai angindibatu besar tsb. Untuk berbicarapun kami harus berteriak. Botol air mineral kamipun terbang disapu sang badai. Allahu Akbar....!!! Sungguh kami merasa tak berarti disini...Sungguh sonbong jika kami merasa telah menaklukan gunung. Kami hanya ingin bersahabat dengan alam. Kami hanya ingin bertafakkur merenungi keindahan ciptaan-Mu ya Robb...
Hanya 15 menit kami bertahan dipuncak. Kamipun langsung turun. Cukup membutuhkan waktu 30 menit untuk turun. Di bawah kami bertemu dengan Faiqi, Parto dan Hendra. Mereka sedang tidur-tiduran di bawah pohon dekat bibir kawah. Mereka tak sanggup ke puncak karena tidak tahan akan badai angin. Stelah cukup beristirahat di pos Samaranthu akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan pulang menuju Desa Bambangan.
Sekitar jam 6 sore akhirnya kamipun selamat sampai Dusun Bambangan. Beristirahat di rumah Pak Muheri. Disini kami bermalam lagi. Untuk mempersiapkan stamina kami yang sudah drop untuk melanjutkan perjalanan esok hari menuju Tegal