Mohon tunggu...
Phebe Illenia Suryadinata
Phebe Illenia Suryadinata Mohon Tunggu... Konsultan - Psikolog

Dreamers can't be tamed (Paulo Coelho). Seorang psikolog klinis yang berpraktek di Surabaya. Fokus menangani kasus remaja dan dewasa muda. ASA Psychological Services: (+62) 822-4539-5611 (chat WA only).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Be A Small Light in The Dark Room, Is It Possible?

21 September 2020   11:01 Diperbarui: 21 September 2020   11:27 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram @adaasa.id

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope some day you'll join us
And the world will be as one
 

John Lennon (Imagine)

Setiap tanggal 21 September, kita memperingati Hari Perdamaian Sedunia (International Day of Peace). Tema tahun 2020 ini adalah "Shaping Peace Together". 

Perdamaian adalah suatu hal yang sering digaungkan, termasuk salah satunya ketika saya mendengarkan dan membaca lirik lagu Imagine diatas. Namun ketika saya membaca berita atau mendengar kabar, kadang saya jadi berpikir, "Apakah memang perdamaian dunia itu mustahil dilakukan? Apakah memang perdamaian dunia hanya utopia saja?"

Deklarasi PBB (1998 dalam Abidin, 2020) menyampaikan bahwa budaya damai adalah seperangkat nilai, sikap, tradisi, cara berperilaku, dan jalan hidup yang merefleksikan dan menginspirasi:

  • Respek terhadap hidup dan hak asasi manusia.
  • Penolakan terhadap semua kekerasan dalam segala bentuk dan berkomitmen mencegah kekerasan.
  • Pemenuhan kebutuhan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
  • Menghargai dan mengedepankan kesetaraan hak dan kesempatan bagi kaum perempuan dan laki-laki.
  • Kebebasan berekspresi,opini dan informasi.
  • Keadilan, demokrasi, toleransi, solidaritas, kerjasama, pluralisme, keanekaragaman budaya.

Hal ini hampir sama dengan yang disampaikan Christie, et al (2001) bahwa budaya damai bukan hanya soal absennya kekerasan dan perang yang kasat mata, melainkan juga absennya kekerasan dalam hal struktural dan budaya yang tidak tampak. Bisa jadi peperangan mungkin tidak ada, namun kekerasan seperti ketidakadilan sosial, diskriminasi, dan lain-lain tetap terus mengakar di dunia. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa salah satu bentuk ideal budaya damai adalah implementasi hak asasi manusia secara politik, sosial, ekonomi, dan budaya (Tropp, 2012).

Menurut Lickerman (2010), sesungguhnya negara-negara tidak saling berperang, namun para pemimpin dan orang-orang di dalamnya yang menciptakan hal demikian. Adanya keserakahan, kemarahan, dan kebodohan merupakan "racun" dalam hati manusia yang menyebabkan terjadinya kekerasan.

Menciptakan perdamaian dunia memang sulit, tapi bukan suatu hal yang mustahil. Hal tersebut bisa dimulai dalam diri masing-masing dengan menjadi seorang ahli dalam hidup. Seorang ahli dalam hidup bukanlah pribadi yang tidak pernah serakah, marah, atau melakukan suatu kebodohan, melainkan pribadi yang mampu mengontrol diri dari hal-hal negatif tersebut dan menyelesaikan konflik dengan cara yang damai.

Secara khusus dalam masa pandemi ini, musuh kita bukanlah sesama manusia, melainkan virus COVID-19 yang menjadi musuh bersama. Kita dapat menggunakan waktu ini sebagai kesempatan untuk menciptakan budaya damai dan membantu satu sama lain. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menciptakan budaya damai adalah:

1. Berkomitmen untuk tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun