Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kegiatan Belajar Siswa yang Turut Terguncang Gempa Cianjur

19 Januari 2023   21:52 Diperbarui: 19 Januari 2023   21:54 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Belajar Siswa yang Turut Terguncang Gempa Cianjur. Sumber Sabumi Volunteer.

Gempa Cianjur yang terjadi pada akhir November 2022 menyisakan banyak kegetiran, dari kehilangan keluarga, harta benda, dan terganggunya kehidupan sosial. Salah satu yang terganggu adalah kegiatan mengajar belajar di sekolah.

Bagaimana tidak, sekolah ikut runtuh diguncang gempa. Tidak ada lagi bangunan kokoh seperti sebelum terjadinya bencana. Di pusat gempa seperti di daerah Cugenang Cianjur, sebagian besar fasilitas sekolah sudah diratakan hingga tersisa. Karena kondisinya sangat tidak layak digunakan lagi.

Praktis kegiatan belajar pun harus dipindahkan ke berbagai tempat. Dari masjid, mushola, rumah warga, hingga di tenda-tenda pengungsian. Betul, tenda pengungsian itu pun menjadi fasilitas sekolah sementara. Siswa belajar tanpa meja dan kursi, hanya lesehan beralaskan terpal.

Belajar Di Tenda Pengungsian Menunduk Tanpa Meja

Sungguh situasi yang sangat tidak nyaman, ketika suasana belajar di dalam ruangan berpindah ke ruang lain yang kondisinya jauh berbeda. Kalau sebelum gempa, setiap siswa bisa belajar dengan duduk tegak dan bisa menyandarkan tangannya di meja kini tidak lagi. Tulis-menulis harus langsung ke lantai berbahan terpal.

Badan menunduk setiap hari selama satu jam lebih itu tentu tidak menyenangkan. Keluh kesah itulah yang saya dapatkan ketika menemui seorang guru di Kampung Pasir Muncang, Desa Wangunjaya, Kecamatan Cugenang.

Sehingga, ia mencurahkan isi hatinya andai anak-anak itu bisa mendapatkan meja kecil. Kenapa tidak meja besar? Karena ruang tenda pengungsian tentu saja tidak cukup. Belum lagi, kalau terjadi hujan air dan angin sangat mengganggu kegiatan pembelajaran. 

Di banyak tempat lokasi gempa, tidak ada tenda khusus untuk belajar. Jadi kegiatan pendidikan memanfaatkan tenda yang juga digunakan untuk tempat tinggal. Berbagi antar ruang sekolah dengan rumah sementara.

Siswa Mengeluh Ketika Mau Buang Air Kecil

Masalah baru tidak sampai disitu saja. Guru tersebut juga mengeluhkan tidak ada tempat buang air kecil yang dekat. Kalau pun mau kencing harus jauh pergi ke rumah warga atau MCK umum. Tidak semua tenda lokasinya dengan dengan MCK. Jadilah, anak-anak laki-laki biasanya kencing saja di belakang tenda. Dampaknya apa? Berubahnya pola hidup sehat dan bau pesing di sekitar tenda.

Untungnya untuk air bersih dan sarana air bersih didukung oleh NGO atau lembaga non pemerintah yang memiliki kegiatan respond terhadap bencana gempa cianjur. Jadi siswa bisa cuci tangan yang bersih setelah makan atau jajan di sekitar tenda tempat belajar.

Kondisi pasca gempa ini tidak mudah. Sekolah yang rusak dan mulai dibangun kembali bisa memakan waktu lama. Guru SD Pasir Muncang menyebutkan mungkin bisa 6 bulan kedepan harus belajar di tenda. "Yang penting, anak-anak siswa kami bisa melanjutkan belajar,"cetusnya. Jadi, guru dan siswa hanya bisa menunggu hingga bangunan sekolah didirikan kembali, agar mereka bisa belajar lebih nyaman seperti sebelum gempa Cianjur yang meluluhlantakkan tempat bermain dan belajar mereka.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun