Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

3 Alasan Orang Senang Memviralkan Video Ade Armando dan Bahagia Melihatnya Babak belur

12 April 2022   06:53 Diperbarui: 12 April 2022   08:16 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ade Armando. Sumber Foto Kompas.com/ Rindi Nuris Velarosdela

Sontak video Ade Armando dipukuli menyebar begitu cepat, menjadi viral, dan menariknya orang yang membagikannya merasa bahagia. Seolah dosen UI tersebut penjahat yang layak dipukuli dan diinjak-injak begitu saja. Padahal tindakan memukuli ditambah menelanjangi beliau adalah tindakan barbar yang keji.

Ade Armando yang terkenal dengan ucapannya yang sinis terhadap kubu yang berseberangan, terpaksa harus berurusan dengan bogem mentah dan berujung di rumah sakit. Tubuhnya babak belur dan mukanya tidak semulus biasanya. Berdasarkan kejadian ini, siapapun pelakunya memiliki motif yang sama yaitu berupaya memantik akar-akar kebencian dan menunjukkan kekerasan adalah hal wajar.

Tindakan tersebut tentu saja tidak bisa disetujui, apalagi sampai diacungi jempol. Tidak boleh! Karena hanya orang berperilaku zaman kuno yang menyelesaikan masalah dengan adu fisik. Cukuplah domba Garut saja yang mau diadu, manusia tidak perlu ikut-ikutan. Lalu, kenapa ada orang yang merasa gembira membagikan video Ade Armando dipukuli massa tersebut?

Demi Merayakan dan Menyalakan Api Kebencian

Bukan rahasia lagi ucapan  Ade Armando kerap membuat orang yang merasa berseberangan menjadi cacing kepanasan. Lalu merasa sang dosen tersebut adalah seorang musuh yang layak dibenci. Lalu, akar-akar kebencian itu tertanam di pikiran, namun hanya tersembunyi bagai bara dalam sekam. Perasaan tidak suka dan berlawanan yang tadinya masih tersembunyi. Lalu, berhasil menyala api ketika bertemu orang yang menjadi sumber dendam tersebut.

Ketika Melihat Ade Armando dipukuli massa, banyak orang merasa kejadian tersebut mewakili dirinya. "Akhirnya kena batunya itu orang," begitu cetus netizen di media sosial. Padahal ketemu enggak pernah dan kenal  juga enggak.

Lalu, merasa senang melihat beliau dianiaya dan membagikan video tersebut ke berbagai media sosial. Selanjutnya bisa ditebak, semakin banyak orang menyebarkan video tersebut. Jadilah api-api kebencian itu benar-benar dirayakan, tanpa menyadari perilaku tersebut mungkin saja lebih buruk dari kelakuan Ade Armando sendiri. Bayangkan saja argumen dibalas dengan pemukulan massa.

Tidak Memiliki Ruang Membalas Argumen Ade Armando Secara Langsung

Ade Armando sering melontarkan pernyataan "nyelekit" dan sering membuat kubu berlawanan mengernyitkan kening. Berlawanan disini dimaksudnya pada konteks beliau yang dinilai sebagai pendukung Presiden Joko Widodo. Tindakan dukung-mendukung ini disadari atau tidak terbawa hingga sekarang.

Nah, Ade Armando memiliki ruang yang lebih luas dalam menyatakan pendapatnya, baik itu dari media sosial seperti Akun Youtube maupun media televisi. Sekali berargumen maka tersiar ke pelosok negeri. Orang-orang yang berlawanan tidak mampu membalasnya. Ketidakmampuan itu bisa jadi karena tidak punya bahan pemikiran untuk menyangkal argumen atau tidak punya ruang media sebaik Ade Armando.

 Ketika beliau dipukuli massa, orang-orang yang tak setuju dengan beliau merasa terwakilkan. Lalu membagikan video kekerasan tersebut dengan senang hati.

Orang Membagikan Video Ade Armando Sudah Terbiasa dengan Tindakan Kekerasan

Maksudnya bukan berarti merujuk terbiasa melakukan kekerasan secara langsung, tetapi terbiasa melihatnya di media sosial. Ada banyak tindakan kekerasan dalam kejadian lain yang dibagikan di media sosial, misalnya menghakimi  sendiri pelaku begal motor, pemukulan terhadap anak-anak, perang antar kampung, dan lain-lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun