"Saya Senang Majikan Memperhatikan Saya," Kata Rana (bukan nama sebenarnya), seorang perempuan muda yang pernah menjadi asisten rumah tangga (ART) dari tanah Sumba. Sebuah kalimat pembuka ketika saya mengobrol dengannya.Â
Waktu itu, ia sudah satu tahun kembali ke kampung halamannya tidak menjadi "pembantu" lagi. Meski senang kembali hidup bersama keluarga lagi, tetapi kalau bisa memilih ia ingin sekali kembali ke Jakarta. Ke rumah sang majikan.
Rana menjadi asisten rumah tangga, karena iming-iming seorang agen/ jasa penyalur tenaga kerja di Sumba. Singkat kata, ia berhasil pergi ke Kota Jakarta. Awalnya, dirinya direncanakan akan menjadi asisten rumah tangga di Malaysia. Setelah satu bulan di penampungan, janji penyalur tenaga kerja tampaknya tidak terlaksana. Lalu, ia mendapat tawaran bekerja di Jakarta saja.
Tidak ada pilihan lain, sudah kadung pergi jauh dari tanah kelahirannya. Rana pun bersedia bekerja di sebuah rumah yang dihuni pasangan yang memiliki anak satu. Tugas utamanya menjaga anak yang baru masuk sekolah dasar, selebihnya membantu untuk membersihkan rumah dan membereskan yang tampak tidak rapih di rumah itu.
Pengalaman menjadi pembantu rumah tangga pertama kali tersebut tidak mudah, masih usia muda, dan di rumah orang baru dikenal pula. "Untungnya saya sudah diajarkan bersih-bersih dan mencuci selama di penampungan," Kata Rana. Seminggu pertama, bekerja dengan rasa kikuk dan bingung. Ia mengikuti saja apa yang diperintahkan majikannya.Â
Ia bekerja sejak sekitar pukul 05.00 dan biasanya bisa beristirahat di atas pukul 10.00 wib. "Melelahkan, tapi saya senang di rumah itu," matanya memandang langit dan mengingat pengalamannya.
Sebagai Asisten Rumah Tangga yang Diperlakukan dengan BaikÂ
Setelah seminggu bekerja di rumah itu, Rana perlahan terbiasa bekerja sesuai ritme kehidupan majikannya. Pagi hari, ia berupaya bangun lebih dulu atau paling tidak waktunya tak jauh berbeda dengan tuan rumah.Â
Hampir setiap hari, pekerjaan diawali dengan memasak sarapan dan memakaikan baju anak majikan. Sementara, untuk membersihkan rumah dikerjakan ART lainnya.
Lalu, mulai repot bekerja kembali ketika siang hari, memasak nasi dan lauknya serta menemani anak majikan selepas pulang sekolah. Praktis pekerjaan siang sampai malam hari, lebih banyak meladeni dan bermain dengan anak majikan tersebut.Â
Karena ia memiliki adik kecil juga di Sumba, jadi merasa tidak begitu sulit menjaga seorang anak. "Yang penting anaknya senang main sama saya," ujar Rana.