Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tidak Mau Ikut Vaksinasi Karena Mulut Tetangga

8 November 2021   19:11 Diperbarui: 8 November 2021   19:13 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau mau mengikuti Vaksinasi  itu mudah sekali, termasuk daerah tempat tinggal saya di Kabupaten Sukabumi. Penyuntikan vaksin sudah sampai ke sudut-sudut kampung lingkungan tingkat RT dan RW. Bukan cuma di kantor desa dan puskesmas saja. Pemerintah Kabupaten Sukabumi tampaknya betul-betul getol melakukan percepatan vaksinasi bagi warganya.   

Jadi, mudah sekali mendapatkannya kalau warga mau divaksin, karena banyak pilihan tempat yang bisa diakses. Selain itu, vaksinnya juga bisa memilih, mau Cinovac, Astrazaneca, atau Pfizer. Tidak ada alasan lagi bagi bagi orang tidak mendapatkan vaksin. Enggak mau datang ke lokasi vaksinasi juga, ada pemberian vaksin door to door. Didatangi rumah ke rumah.

Meskipun mudah secara akses dan pilihan vaksin, tetap saja ada enggan orang yang divaksin. Dari alasan mudorat (alias tidak sesuai ajaran agama), takut sakit atau meninggal, sampai bilang, "Abdi mah tara ke mall, ulin ge di kampung. Ka kota ge tara." Toh enggak pernah ke mall, ngapain ikut vaksin, begitu kira-kira artinya. Kalau orang kota mau divaksin biar mudah ke mall. Orang kampung tidak begitu peduli hingar bingar gemerlap jajanan di mall.

Lain lagi dengan Ibu Zaenab tentu bukan nama sebenarnya, "Saya enggak mau divaksin karena takut malah sakit. Itu kata si Nyai ada yang meninggal karena divaksin." Jurus katanya si A dan Si B dan ketakutan meninggal menjadi pembelaan agar bisa tidak ikut vaksin. Setelah dibilang biar makin sehat dan tidak mudah tertular virus corona. Ibu Zaenab berkilah urusan sehat dan sakit itu urusan Allah. Padahal, sebelumnya bilang takut mati karena divaksin bukan karena kehendak Tuhan.

Lain Lagi dengan Pak Jamal yang bukan nama sebenarnya juga. Dia meyakini kalau penyuntikan virus itu banyak mudoratnya. Dia percaya kalau vaksin mengandung zat yang haram.  "Bagaimana kalau vaksin mengandung babi?" Walaupun sudah dijelaskan kalau MUI membolehkan dan vaksin itu halal, tetap saja tidak percaya. Mudorat ya modorat. Titik.

Alasan tidak mau ikut vaksinasi dari mulut tetangga itu bisa menjadi petunjuk kok masih ada yang enggak datang ke tempat pemberian vaksin. Padahal lokasinya sudah sangat dekat. Enggak mesti ke Puskesmas dan balai desa, malah sudah di sekitar lingkungan tempat tinggal.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun