Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahkan Mengeluarkan Dua Ribu Rupiah untuk Tukang Parkir Begitu Pelit

4 September 2019   13:48 Diperbarui: 4 September 2019   15:14 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ugm.ac.id | Foto:Firsto

Dua ribu bagi kita mungkin nilainya akan berbeda bagi orang lain seperti tukang parkir. Bagi Anda mungkin uang itu kecil, tetapi sering kali pelit memberinya kepada mereka.

Siang panas ketika matahari menari-nari di atas kepala, saya memutuskan berhenti sejenak di minimarket dengan warna khas biru merah. Minimarket yang demen sekali hidup rukun berdampingan dengan saingan bisnisnya.

Di depan toko itu, ada seorang bapak yang mungkin umurnya di atas 50 tahun, duduk memberikan senyum ramah kepada saya. Senyuman itu pun dibalas dengan senyuman pula sembari menganggukan kepala untuk menunjukkan sopan santun kepada orang yang lebih tua. 

Saya pun segera masuk ke toko dan mencari sekotak teh dengan label embel-embel gelas. setelah itu membayar dan tak lupa ditawarkan pulsa isi ulang. Saya tolak dengan halus.

Pulsa kuota internet saya masih banyak dan hal yang saya butuhkan adalah minum sekotak teh. Setelah air masuk ke mulut dan mengalir tenggorokan, haus langsung pergi. Tubuh terasa tak begitu lemas lagi. Terpaan panas matahari bukan main menyengat.

Tak lama berada di dalam minimarket. Ketika berada di depan toko, saya melihat bapak yang memberi senyuman tadi mengarahkan sepeda motor untuk mundur dan mengarahkannya ke jalan raya. Anehnya sang pengendara motor tersebut tampak tak ramah, matanya melotot, menggerung-gerungkan motor, lalu pergi begitu saja. Peluit bapak tersebut tenggelam kalah keras dari suara motor tersebut. 

Saya yang juga ingin mengeluarkan motor tegidik. "Padahal mah yah enggak mengasih uang juga enggak apa-apa, tetapi enggak usah melotot gitu matanya. Motornya enggak perlu digas kencang begitu," lirih mendengar suaranya. "Iya Pak, sabar ya pak," sejujurnya saya tak punya pilihan kata lain kecuali mengatakan sabar. 

Bapak tersebut tampak ragu mau mengarahkan sepeda motor saya. Saya hampiri bapak tersebut dan memberinya uang untuk parkir. "Terima kasih ya pak," ucap saya dan bergegas pergi. 

Saya tahu melihat tukang parkir yang tiba-tiba datang di belakang motor kita terkadang menjengkelkan. Ketika mau memasukkan kendaraan tidak ada seorang pun, tetapi setelah motor ingin keluar parkiran. Tiba-tiba ada suara peluit yang menandakan tukang parkir datang sacara bimsalabim. Ada di belakang kendaraan kita. Namun, memberikan uang dua ribu rupiah, saya pikir tak ada salahnya.

Kalau di saku celana ada uang dua ribu rupiah, berikanlah kepada tukang parkir. Mereka mungkin tak memilih menjadi tukang parkir, namun hanya itu pekerjaan yang bisa mereka lakukan. 

Walaupun sering datang pas mengeluarkan kendaraan, anggap saja uang dua ribu untuk membantu mereka menyambung hidup hari ini. Jangan karena uang dua ribu rupiah, mata menjadi melotot dan marah kepada tukang parkir. Sama seperti kita yang berkerja setiap hari, tukang parkir juga sumber mata pencaharian yang mungkin sangat membantu keluarga mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun